Pages

Kamis, 30 Juni 2016

Kisah Negeri 1001 Malam: Aladin dan Putri Raja






Aladin dan Putri Raja

Diceritakan kembali oleh: David Foulds
Penerjemah: Siti Nadroh 



Suatu hari, Aladin pergi ke pasar seperti biasa untuk menjual piring perak dari jin lampu. Saat itu, ia pergi ke toko yang berbeda dari biasanya. Ia mendapat banyak uang dari hasil menjual piring itu. Lalu Aladin memperlihatkan buah-buahan dari pohon ajaib kepada sang pemilik toko.

Aku yakin kau tidak tertarik dengan benda ini.” Kata Aladin kepada sang pemilik toko. “Tapi bukankah benda-benda ini sangat indah?”
 
“Ini permata yang sangat indah” jawab sang pemilik toko. “Simpan dengan baik, nak. Benda ini adalah harta yang sangat berharga.”

Tiba-tiba terdengar kegaduhan dipinggir jalan tidak jauh dari tempat aladin berdiri. “Apa yang terjadi?” Tanya aladin.
 
“Putri Badroulbadour sedang melewati jalanan itu.” ucap sang pemilik toko. “Ia adalah Putri raja. Ia melewati jalan ini menuju tempat pemandian. Raja tidak akan membiarkan orang lain melihat wajah putrinya, jadi semua orang harus masuk kedalam.”

Aladin ingin melihatnya. Ia bersembunyi dibalik dinding dekat dengan tempat pemandian tersebut. Kemudian Putri Badroulbadour muncul bersama pelayannya.

Saat ia tiba didekat pintu pemandian tersebut, ia melepaskan cadarnya. Aladin melihat wajah putri yang sangat cantik itu dan jatuh cinta kepadanya. Lalu ia pulang ke rumah menemui ibunya. Ia terdiam sepanjang malam memikirkan putri cantik itu. Akhirnya ia berkata kepada sang ibu. “aku menyukai Putri Badroulbadour. Aku ingin menikahinya. Kumohon temuilah Raja dan katakan kepadanya bahwa aku ingin menikah dengan putrinya.” Pintanya kepada sang ibu.

“Kau ini bodoh sekali – apa kau fikir raja akan membiarkan seorang anak tukang jahit miskin sepertimu menikah dengan putrinya?” jawab sang ibu.

“Tapi, aku mencintainya, bu. Aku harus mencoba mendapatkannya. Pemilik toko berkata kepadaku kalau buah-buahan ini adalah harta yang sangat berharga. Taruh semuanya diatas piring-piring perak dan bawa semuanya kepada sang raja. Aku yakin raja akan mendengarkanmu.”

Hari berikutnya Ibu Aladin membawa semua buah ajaib dan piring perak tersebut ke istana raja. Ia menutup buah ajaib dan piring perak itu menggunakan kain bersih, lalu menunggu diluar. Kemudian raja keluar dan memanggil Ibu Aladin untuk menemuinya.
 
Sang raja melihat kearah wanita miskin tua dengan pakaian sangat sederhana. Ia berkata kepada Wazir, seorang kepala pelayan istana, “bawa wanita itu kemari. Mungkin ia memiliki kue rumahan untukku dibalik kain itu.”
 
Ibu aladin berlutut dikaki sang Raja. “Maafkan aku, yang mulia raja.” Ia memohon. Lalu ia mengatakan betapa Aladin mencintai putri Badroulbadour. “putraku mengirim ini untukmu.” Katanya.

Ia membuka kain penutup itu lalu sang Raja melihat permata yang sangat indah dibaliknya. Matanya berkilauan. “Lihat ini, Wazir! Pernahkah kau melihat permata semacam ini? Tentu saja lelaki ini harus menikah dengan putriku!”

Wazir terlihat tidak senang dengan keputusan sang raja. Ia ingin putranya yang menikah dengan Putri Badroulbadour. “Beri aku waktu tiga bulan, yang mulia raja.” Ia memohon kepada sang raja. “Setelah itu, putraku akan memberimu sesuatu yang lebih mewah dari ini.”

Sang raja setuju dengan Wazir itu. lalu ia berkata kepada Ibu Aladin, “sampaikan ucapan terimakasihku kepada putramu atas pemberiannnya ini. Mungkin aku akan menikahkan putriku dengannya tapi ia harus menunggu selama tiga bulan. Kemudian akan aku putuskan.”

Setelah itu, Aladin merasa kalau waktu berjalan sangat lama. Dua bulan berlalu, kemudian Aladin mendengar kabar yang buruk. Putrid Badroulbadour akan menikah dengan putra Wazir malam itu juga! Aladin marah dan patah hati. Ia mengambil lampu ajaib dan mengeluarkan jin didalamnya.

“Raja memberikan putrinya kepada orang lain” kata Aladin. “Bawa Putri Badroulbadour dan putra Wazir kepadaku malam ini!” Lalu jin itu menghilang dan kembali dengan Putri Badroulbadour ditangan kanannya dan putra wazir ditangan kirinya. “Bawa putra Wazir itu ke tempat yang aman.” Ucap Aladin kepada jin lampu. Lalu ia menatap Putri Badroulbadour. “jangan takut, kau aman disini. Raja bilang aku bisa menikah denganmu tapi ia memberikanmu kepada lelaki lain. Aku harus menghentikan pernikahan itu. Tidurlah, pagi ini akan kuantar kau pulang menemui ayahmu.” Kata Aladin kepada Putri Badroulbadour. Putri Badroulbadour langsung jatuh cinta saat ia melihat Aladin. Ia tidak menyukai putra Wazir. Menurutnya, akan lebih baik jika Aladin yang menjadi suaminya. Pagi harinya, jin lampu mengembailkan putri Badroulbadour ke kamarnya di istana raja, dan ia mengembalikan putra Wazir ke rumahnya.

Suatu hari, Putra Wazir yang ketakutan akhirnya menemui raja dan menceritakan semua tentang jin lampu yang ia lihat. Ia menceritakan bagaimana jin itu membawanya pergi dengan satu tangan dan Putri Badroulbadour di tangan lainnya. Ia berfikir kalau putri raja-lah yang memberi perintah kepada jin itu dan mengira kalau putri raja adalah seorang penyihir.

“Aku tidak bisa menikahi putrimu” kata putra Wazir. Putri Badroulbadour hanya diam. Ia memikirkan Aladin.
Sang raja tidak percaya dengan cerita lelaki itu. Menurutnya, ia hanya mengarang cerita itu karena kemarahannya terhadap Aladin. Ia bersyukur karena putra Wazir tidak jadi menikah dengan putrinya.

Satu bulan kemudian ia memerintahkan pelayannya untuk membawa ibu Aladin kehadapannya. “Kuizinkan putramu untuk menikahi putriku.” Katanya. “Tapi sebelumya, ia harus membawakan empatpuluh piring perak dengan dipenuhi buah permata itu.”

“Ini akan membuat Aladin belajar untuk tidak bertindak bodoh.” Kata ibunya dalam hati. Tapi Aladin justru senang mendengarnya. Ia pergi ke kamarnya dan menggosok lampu ajaib tersebut. Seketika jin lampu muncul dihadapannya dan Aladin mengatakan apa yang ia inginkan. Dalam waktu singkat jin itu kembali bersama empatpuluh pelayan. Masing-masing pelayan itu membawa satu nampan emas berukuran besar yang dipenuhi buah permata yang sangat indah dari kebun ajaib.

Aladin memanggil ibunya dan berkata, “Tolong bawakan ini kepada raja. Dan katakan padanya bahwa aku mencintai putrinya melebihi semua permata yang ada didunia ini.”

Sang raja terkejut melihat semua permata yang dibawa oleh ibu Alladin kepadanya hingga ia tak mampu berkata apapun. Ia memperhatikan emas, permata, dan pelayan yang datang bersama ibu Aladin. “Katakan kepada Aladin untuk datang menghadapku dan aku akan menyambutnya sebagai putraku.”

Aladin pergi ke istana untuk melangsungkan pernikahan dengan berpakaian seperti seorang raja. Pakaiannya dilapisi permata dan ada empatpuluh pelayan mengikutinya. Ia mengendarai kuda hitam yang gagah. Pelayannya melemparkan koin-koin emas kepada semua orang yang dilewati oleh Aladin. Orang-orang itu berteriak dan bersorak. Aladin senang mendengarnya. Ketika Aladin bertemu sang Raja ia bertanya tentang sebidang tanah didekat istana.

“Aku harus membangun sebuah rumah untukku dan istriku.” Katanya. Saat sang raja bangun tidur keesokan harinya, ia melihat keluar jendela. Tiba-tiba disana berdiri sebuah istana indah yang dipenuhi kilauan emas dan permata serta bunga-bunga cantik. Tentu saja semua itu dibuat oleh jin lampu tapi sang raja tidak mengetahuinya.

Pesta pernikahan Aladin denga putri raja menjadi hari yang membahagiakan bagi semua orang kecuali bagi Wazir. Akhirnya pesta itu berakhir dan hanya ada Aladin dan Putri Badroulbadour disana. Ia menggenggam tangan putri badroulbadour. “Aku lelaki paling beruntung di dunia ini.” Katanya.

Kabar tentang Alaidn, istananya yang megah dan istrinya yang cantik terdengar oleh sang pesulap. Ia menjadi sangat marah. Ia akhirnya menyadari kalau Aladin belum meninggal dunia. “Rupanya ia selamat.” Kata sang pesulap. “Aku harus mengambil lampu itu.”

Ia mengambil pakaiannya yang lusuh dan membawa banyak lampu baru berharga murah. Lalu ia menjualnya dipinggir jalan. “Tukar lampu lama dapat lampu baru! berikan lampu lama anda kepadaku dan aku akan memberimu yang baru!” Banyak orang yang menukarnya dan berita itu terdengar oleh Putri Badroulbadour.

Saat itu Aladin tidak ada di rumah, dan ia ingin memberi kejutan untuk Aladin. Ia fikir Aladin ingin memiliki sebuah lampu baru yang lebih bagus. Ia menyuruh pelayannya membawa lampu milik Aladin. “Pasti ia akan senang.” Ucapnya dalam hati.

Sang pesulap sangat senang karena ia berhasil mendapatkan lampu Aladin. Setelah pelayan putri memberikan lampu itu kepada sang pesulap, ia langsung menggosoknya dan mengeluarkan jin yang ada didalamnya. “Ambil istana Aladin dan semua orang didalamnya, lalu pindahkan ke pertengahan Afrika.” Katanya kepada jin lampu. Jin itu lalu terbang membawa istana ditangannya.

Saat Aladin pulang, ia menggosok matanya. Dimana istana megahnya? Sang raja melihat keluar dan menggosok matanya karena kaget, dimana putri cantiknya?

Wazir menghampiri sang raja, “sudah kukatakan kepada engkau agar tidak menikahkan sang putri dengan orang asing itu.” katanya. “Sekarang engkau tahu semua tentang orang itu. Ia seorang pesulap dan ia menculik putrimu untuk selamanya.”

Sang raja kemudian mengirim pasukan untuk menangkap Aladin dan memasukkannya ke penjara. Sang raja lalu membawanya kehadapan algojo, “penggal kepalanya!” teriak Wazir. “itu akan membuat putriku tidak pernah kembali.” Ucap sang raja penuh kesedihan.

Aladin mulai mengerti. “pesulap itu datang ke istana saat aku tidak ada disana. Pasti ia menemukan lampu itu.” ucapnya dalam hati Tiba-tiba ia teringat dengan cincin ajaibnya. Ia menggigit cincin itu lalu jin kecil muncul dihadapannya. “Tolong temukan istana dan istriku. Bawa kepadaku secepatnya.”

Jin itu terlihat sedih, “maafkan aku tuan, aku tidak cukup kuat untuk melakukannya. Jin lampu jauh lebih kuat dariku, kau harus meminta kepadanya.”

Sejenak Aladin berfikir. Lalu ia bertanya “Apakah kau bisa membawaku ke istanaku?” Jin kecil itu tersenyum, “tentu aku bisa, tuan.” Lalu ia melakukannya.

Lalu Aladin sampai ditempat tidurnya di istana. Ia menggenggam tangan sang putri. “Aku melakukan sesuatu yang salah.” Kata putri Badroulbadour. Ia bercerita kepada Aladin tentang lelaki tua dan lampu-lampu itu.
“Ia memberiku lampu baru ini dan menyimpan yang lama ke kantungnya. Kemudian seluruh istana ini terbang di udara – aku tidak mengerti.”

“Sekarang dimana lelaki tua itu?” Tanya Aladin.

“Ia ada dibawah.” Jawab Putri Badroulbadour. “Ia ingin menikah denganku dan ia bilang kalau aku harus memutuskannya hari ini.”
 
“Temui lelaki tua itu dan katakan bahwa kau setuju. Tapi sebelumnya beri ia obat tidur. Saat ia tertidur, kita bisa mengambil lampunya.” Lalu Aladin bersembunyi dilemari kamarnya.

Putri Badroulbadour kemudian membuat minuman dingin untuk sang pesulap. Lalu ia menyuruh pelayannya untuk mengundang sang pesulap datang ke kamar sang putri. 

“Minumlah.” 

Tidak lama kemudian pesulap itu mabuk dan tertidur. Dengan cepat putri Badroulbadour mengambil lampu itu dan Aladin keluar dari lemari. Ia membawa lampu itu ke kamarnya dan menggosoknya.

“Aku senang bisa melihatmu lagi, tuanku.” ucap jin lampu. “Apa yang bisa kulakukan untukmu?”

Beberapa detik kemudian, sang raja memandang keluar jendela dan melihat istana Aladin kembali dengan taman-tamannya yang indah. “Aku pasti bermumpi.” Ucapnya dalam hati. Lalu ia mengingat Aladin dan algojo yang ia perintah. “Semoga tidak terlambat.” katanya.

Akhirnya Aladin masuk ke ruangan sang raja bersama Putri Badroulbadour disampingnya. Sang raja menggenggam tangan mereka berdua. Wazir mencuri kuda kerajaan dan pergi menjauhi istana raja. Aladin hidup bahagia bersama istrinya. Sang pesulap tua itu ditinggalkan seorang diri di Afrika,  mungkin ia masih disana sampai hari ini.



***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar