Aladin
dan Putri Raja
Diceritakan kembali oleh: David Foulds
Penerjemah: Siti Nadroh
Suatu
hari, Aladin pergi ke pasar seperti biasa untuk menjual piring perak dari jin
lampu. Saat itu, ia pergi ke toko yang berbeda dari biasanya. Ia mendapat banyak
uang dari hasil menjual piring itu. Lalu Aladin memperlihatkan buah-buahan dari
pohon ajaib kepada sang pemilik toko.
“Aku
yakin kau tidak tertarik dengan benda ini.” Kata Aladin kepada sang pemilik
toko. “Tapi bukankah benda-benda ini sangat indah?”
“Ini
permata yang sangat indah” jawab sang pemilik toko. “Simpan dengan baik, nak. Benda ini
adalah harta yang sangat berharga.”
Tiba-tiba
terdengar kegaduhan dipinggir jalan tidak jauh dari tempat aladin berdiri. “Apa
yang terjadi?” Tanya aladin.
“Putri
Badroulbadour sedang melewati jalanan itu.” ucap sang pemilik toko. “Ia adalah Putri raja. Ia melewati jalan ini menuju tempat pemandian. Raja tidak akan
membiarkan orang lain melihat wajah putrinya, jadi semua orang harus masuk
kedalam.”
Aladin
ingin melihatnya. Ia bersembunyi dibalik dinding dekat dengan tempat pemandian
tersebut. Kemudian Putri Badroulbadour muncul bersama pelayannya.
Saat
ia tiba didekat pintu pemandian tersebut, ia melepaskan cadarnya. Aladin
melihat wajah putri yang sangat cantik itu dan jatuh cinta kepadanya. Lalu ia
pulang ke rumah menemui ibunya. Ia terdiam sepanjang malam memikirkan putri
cantik itu. Akhirnya ia berkata kepada sang ibu. “aku menyukai Putri
Badroulbadour. Aku ingin menikahinya. Kumohon temuilah Raja dan katakan
kepadanya bahwa aku ingin menikah dengan putrinya.” Pintanya kepada sang ibu.
“Kau
ini bodoh sekali – apa kau fikir raja akan membiarkan seorang anak tukang jahit
miskin sepertimu menikah dengan putrinya?” jawab sang ibu.
“Tapi,
aku mencintainya, bu. Aku harus mencoba mendapatkannya. Pemilik toko berkata
kepadaku kalau buah-buahan ini adalah harta yang sangat berharga. Taruh
semuanya diatas piring-piring perak dan bawa semuanya kepada sang raja. Aku
yakin raja akan mendengarkanmu.”
Hari
berikutnya Ibu Aladin membawa semua buah ajaib dan piring perak tersebut ke
istana raja. Ia
menutup buah ajaib dan piring perak itu menggunakan kain bersih, lalu menunggu
diluar. Kemudian raja keluar dan memanggil Ibu Aladin untuk menemuinya.
Sang raja
melihat kearah wanita miskin tua dengan pakaian sangat sederhana. Ia
berkata kepada Wazir, seorang kepala pelayan istana, “bawa wanita itu kemari.
Mungkin ia memiliki kue rumahan untukku dibalik kain itu.”
Ibu
aladin berlutut dikaki sang Raja. “Maafkan aku, yang mulia raja.” Ia memohon.
Lalu ia mengatakan betapa Aladin mencintai putri Badroulbadour. “putraku
mengirim ini untukmu.” Katanya.
Ia
membuka kain penutup itu lalu sang Raja melihat permata yang sangat indah
dibaliknya. Matanya berkilauan. “Lihat ini, Wazir! Pernahkah kau melihat
permata semacam ini? Tentu saja lelaki ini harus menikah dengan putriku!”
Wazir
terlihat tidak senang dengan keputusan sang raja. Ia ingin putranya yang
menikah dengan Putri Badroulbadour. “Beri aku waktu tiga bulan, yang mulia
raja.” Ia memohon kepada sang raja. “Setelah itu, putraku akan memberimu
sesuatu yang lebih mewah dari ini.”
Sang
raja setuju dengan Wazir itu. lalu ia berkata kepada Ibu Aladin, “sampaikan
ucapan terimakasihku kepada putramu atas pemberiannnya ini. Mungkin aku akan
menikahkan putriku dengannya tapi ia harus menunggu selama tiga bulan. Kemudian
akan aku putuskan.”
Setelah
itu, Aladin merasa kalau waktu berjalan sangat lama. Dua bulan berlalu,
kemudian Aladin mendengar kabar yang buruk. Putrid Badroulbadour akan menikah
dengan putra Wazir malam itu juga! Aladin marah dan patah hati. Ia mengambil
lampu ajaib dan mengeluarkan jin didalamnya.
“Raja
memberikan putrinya kepada orang lain” kata Aladin. “Bawa Putri Badroulbadour
dan putra Wazir kepadaku malam ini!” Lalu jin itu menghilang dan kembali dengan Putri Badroulbadour ditangan kanannya dan putra wazir ditangan kirinya. “Bawa
putra Wazir itu ke tempat yang aman.” Ucap Aladin kepada jin lampu. Lalu ia
menatap Putri Badroulbadour. “jangan takut, kau aman disini. Raja bilang aku
bisa menikah denganmu tapi ia memberikanmu kepada lelaki lain. Aku harus
menghentikan pernikahan itu. Tidurlah, pagi ini akan kuantar kau pulang menemui
ayahmu.” Kata Aladin kepada Putri Badroulbadour. Putri
Badroulbadour langsung jatuh cinta saat ia melihat Aladin. Ia tidak menyukai
putra Wazir. Menurutnya, akan lebih baik jika Aladin yang menjadi suaminya. Pagi
harinya, jin lampu mengembailkan putri Badroulbadour ke kamarnya di istana
raja, dan ia mengembalikan putra Wazir ke rumahnya.
Suatu
hari, Putra Wazir yang ketakutan akhirnya menemui raja dan menceritakan semua
tentang jin lampu yang ia lihat. Ia menceritakan bagaimana jin itu membawanya
pergi dengan satu tangan dan Putri Badroulbadour di tangan lainnya. Ia berfikir
kalau putri raja-lah yang memberi perintah kepada jin itu dan mengira kalau
putri raja adalah seorang penyihir.
“Aku
tidak bisa menikahi putrimu” kata putra Wazir. Putri
Badroulbadour hanya diam. Ia memikirkan Aladin.
Sang
raja tidak percaya dengan cerita lelaki itu. Menurutnya, ia hanya mengarang
cerita itu karena kemarahannya terhadap Aladin. Ia bersyukur karena putra Wazir
tidak jadi menikah dengan putrinya.
Satu
bulan kemudian ia memerintahkan pelayannya untuk membawa ibu Aladin
kehadapannya. “Kuizinkan putramu untuk menikahi putriku.” Katanya. “Tapi
sebelumya, ia harus membawakan empatpuluh piring perak dengan dipenuhi buah
permata itu.”
“Ini
akan membuat Aladin belajar untuk tidak bertindak bodoh.” Kata ibunya dalam hati.
Tapi Aladin justru senang mendengarnya. Ia pergi ke kamarnya dan menggosok
lampu ajaib tersebut. Seketika
jin lampu muncul dihadapannya dan Aladin mengatakan apa yang ia inginkan. Dalam
waktu singkat jin itu kembali bersama empatpuluh pelayan. Masing-masing pelayan
itu membawa satu nampan emas berukuran besar yang dipenuhi buah permata yang
sangat indah dari kebun ajaib.
Aladin
memanggil ibunya dan berkata, “Tolong bawakan ini kepada raja. Dan katakan
padanya bahwa aku mencintai putrinya melebihi semua permata yang ada didunia
ini.”
Sang
raja terkejut melihat semua permata yang dibawa oleh ibu Alladin kepadanya
hingga ia tak mampu berkata apapun. Ia memperhatikan emas, permata, dan
pelayan yang datang bersama ibu Aladin. “Katakan kepada Aladin untuk datang
menghadapku dan aku akan menyambutnya sebagai putraku.”
Aladin
pergi ke istana untuk melangsungkan pernikahan dengan berpakaian seperti
seorang raja. Pakaiannya dilapisi permata dan ada empatpuluh pelayan
mengikutinya. Ia mengendarai kuda hitam yang gagah. Pelayannya melemparkan
koin-koin emas kepada semua orang yang dilewati oleh Aladin. Orang-orang itu berteriak
dan bersorak. Aladin senang mendengarnya. Ketika Aladin bertemu sang Raja ia
bertanya tentang sebidang tanah didekat istana.
“Aku
harus membangun sebuah rumah untukku dan istriku.” Katanya. Saat sang raja
bangun tidur keesokan harinya, ia melihat keluar jendela. Tiba-tiba
disana berdiri sebuah istana indah yang dipenuhi kilauan emas dan permata serta
bunga-bunga cantik. Tentu saja semua itu dibuat oleh jin lampu tapi sang raja
tidak mengetahuinya.
Pesta
pernikahan Aladin denga putri raja menjadi hari yang membahagiakan bagi semua
orang kecuali bagi Wazir. Akhirnya pesta itu berakhir dan hanya ada Aladin dan Putri Badroulbadour disana. Ia menggenggam tangan putri badroulbadour. “Aku lelaki
paling beruntung di dunia ini.” Katanya.
Kabar
tentang Alaidn, istananya yang megah dan istrinya yang cantik terdengar oleh
sang pesulap. Ia menjadi sangat marah. Ia akhirnya menyadari kalau Aladin belum
meninggal dunia. “Rupanya ia selamat.” Kata sang pesulap. “Aku harus mengambil
lampu itu.”
Ia
mengambil pakaiannya yang lusuh dan membawa banyak lampu baru berharga
murah. Lalu ia menjualnya dipinggir jalan. “Tukar lampu lama dapat lampu baru!
berikan lampu lama anda kepadaku dan aku akan memberimu yang baru!” Banyak
orang yang menukarnya dan berita itu terdengar oleh Putri Badroulbadour.
Saat
itu Aladin tidak ada di rumah, dan ia ingin memberi kejutan untuk Aladin. Ia
fikir Aladin ingin memiliki sebuah lampu baru yang lebih bagus. Ia menyuruh
pelayannya membawa lampu milik Aladin. “Pasti ia akan senang.” Ucapnya dalam
hati.
Sang
pesulap sangat senang karena ia berhasil mendapatkan lampu Aladin. Setelah
pelayan putri memberikan lampu itu kepada sang pesulap, ia langsung
menggosoknya dan mengeluarkan jin yang ada didalamnya. “Ambil istana Aladin dan
semua orang didalamnya, lalu pindahkan ke pertengahan Afrika.” Katanya kepada
jin lampu. Jin itu lalu terbang membawa istana ditangannya.
Saat Aladin pulang, ia menggosok matanya. Dimana istana megahnya? Sang raja melihat
keluar dan menggosok matanya karena kaget, dimana putri cantiknya?
Wazir
menghampiri sang raja, “sudah kukatakan kepada engkau agar tidak menikahkan sang putri dengan
orang asing itu.” katanya. “Sekarang engkau tahu semua tentang orang itu. Ia
seorang pesulap dan ia menculik putrimu untuk selamanya.”
Sang
raja kemudian mengirim pasukan untuk menangkap Aladin dan memasukkannya ke
penjara. Sang raja lalu membawanya kehadapan algojo, “penggal kepalanya!”
teriak Wazir. “itu akan membuat putriku tidak pernah kembali.” Ucap sang raja
penuh kesedihan.
Aladin
mulai mengerti. “pesulap itu datang ke istana saat aku tidak ada disana. Pasti ia
menemukan lampu itu.” ucapnya dalam hati Tiba-tiba
ia teringat dengan cincin ajaibnya. Ia menggigit cincin itu lalu jin kecil
muncul dihadapannya. “Tolong temukan istana dan istriku. Bawa kepadaku
secepatnya.”
Jin
itu terlihat sedih, “maafkan aku tuan, aku tidak cukup kuat untuk melakukannya.
Jin lampu jauh lebih kuat dariku, kau harus meminta kepadanya.”
Sejenak Aladin berfikir. Lalu ia bertanya “Apakah kau bisa membawaku ke istanaku?” Jin
kecil itu tersenyum, “tentu aku bisa, tuan.” Lalu ia melakukannya.
Lalu Aladin sampai ditempat tidurnya di istana. Ia menggenggam tangan sang putri. “Aku
melakukan sesuatu yang salah.” Kata putri Badroulbadour. Ia bercerita kepada Aladin tentang lelaki tua dan lampu-lampu itu.
“Ia
memberiku lampu baru ini dan menyimpan yang lama ke kantungnya. Kemudian seluruh
istana ini terbang di udara – aku tidak mengerti.”
“Sekarang
dimana lelaki tua itu?” Tanya Aladin.
“Ia ada dibawah.” Jawab Putri Badroulbadour. “Ia ingin menikah denganku dan ia bilang kalau aku harus memutuskannya hari ini.”
“Temui
lelaki tua itu dan katakan bahwa kau setuju. Tapi sebelumnya beri ia obat
tidur. Saat ia tertidur, kita bisa mengambil lampunya.” Lalu Aladin bersembunyi
dilemari kamarnya.
Putri
Badroulbadour kemudian membuat minuman dingin untuk sang pesulap. Lalu ia
menyuruh pelayannya untuk mengundang sang pesulap datang ke kamar sang putri.
“Minumlah.”
Tidak lama kemudian pesulap itu mabuk dan tertidur. Dengan
cepat putri Badroulbadour mengambil lampu itu dan Aladin keluar dari lemari. Ia
membawa lampu itu ke kamarnya dan menggosoknya.
“Aku
senang bisa melihatmu lagi, tuanku.” ucap jin lampu. “Apa yang bisa kulakukan
untukmu?”
Beberapa
detik kemudian, sang raja memandang keluar jendela dan melihat istana Aladin
kembali dengan taman-tamannya yang indah. “Aku pasti bermumpi.” Ucapnya dalam
hati. Lalu ia mengingat Aladin dan algojo yang ia perintah. “Semoga tidak terlambat.”
katanya.
Akhirnya
Aladin masuk ke ruangan sang raja bersama Putri Badroulbadour disampingnya.
Sang raja menggenggam tangan mereka berdua. Wazir mencuri kuda kerajaan dan pergi
menjauhi istana raja. Aladin hidup bahagia bersama istrinya. Sang pesulap
tua itu ditinggalkan seorang diri di Afrika, mungkin ia masih disana sampai hari ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar