Raja yang Tidak Bahagia
diceritakan kembali oleh: David Foulds
Penerjemah: Siti Nadroh
Penerjemah: Siti Nadroh
Pada zaman dahulu, hiduplah
seorang raja bernama Shahriah. Awalnya Ia adalah raja yang baik – tapi ia
berubah sejak mengetahui kalau istrinya menyukai laki-laki lain. Raja itu
sangat marah kepada istrinya. “penggal kepalanya!” teriaknya. Lalu, algojo
menarik istri sang raja keluar dan memenggal kepalanya.
Setiap malam setelah kejadian
itu, raja Shahriah berbaring di tempat tidurnya yang mewah dengan perasaan
sedih dan kesepian. Dalam tidurnya ia memimpikan istri cantiknya yang sudah
meninggal. Ketika ia terjaga dari tidurnya, ia berhalusinasai kalau ia bisa
melihat istrinya sedang berada dipelukan laki-laki lain. Ia tidak tahu harus
bagaimana. Lalu ia memanggil Wazir, sorang kepala pelayan istana.
Dengan menahan kantuk wazir
menghadap sang raja. “Aku tidak akan menghabiskan
malamku seorang diri lagi” ucap sang raja.
“Oh, Yang Mulia, engkau sudah
memutuskan untuk menikah lagi. Aku sangat senang mendengarnya.” Jawab Wazir
dengan gembira.
“Menikah lagi? Bagaimana aku bisa
melakukannya? Kelakuan perempuan sangat buruk. Seorang perempuan tidak bisa
mencintai seorang laki-laki lebih dari satu hari.”
“Semua
perempuan akan mencintai engkau selamanya, yang mulia.” Kata Wazir.
“Kau
salah!” teriak Raja Shahriah, “cinta seorang perempuan seperti daun yang
tertiup angin. Satu menit ia pergi ke satu tempat, menit berikutnya ia pergi ke
tempat lain. Tidak akan ada yang tahu kemana selanjutnya ia akan pergi.”
“Tentu
saja engkau benar, yang mulia.” Jawab Wazir dengan cepat. “perempuan hanya
seperti daun. lalu apa yang bisa hamba lakukan?”
“Aku
tahu apa yang harus aku lakukan.” Kata
sang raja, “dan kau yang akan membantuku. Bawakan aku seorang gadis cantik dan
pintar, aku akan menikahinya.”
Wazir
terlihat sangat senang mendengar ucapan sang raja. Kemudian
sang raja melanjutkan, “dan katakana pada algojo untuk datang ke acara
pernikahannya. Ia harus memenggal kepala sang gadis pagi harinya sebelum sang
gadis berhenti mencintaiku. Setelah itu, kau harus membawa gadis lain kepadaku.
Selama kau melakukan tugasmu aku pasti tidak akan kesepian lagi setiap malam.,
dan selama algojo itu melakukan tugasnya, tidak ada satupun dari istriku yang
akan hidup cukup lama untuk mencintai orang lain!”
Wazir
meninggalkan ruangan dengan perasaan sedih. Ia tidak ingin mengirim para gadis
cantik itu menuju kematian, tapi ia harus mematuhi perintah sang raja.
‘***
Selama
tiga tahun, raja Shahriah menikah dengan seorang gadis setiap harinya. Setiap
pagi pula sang algojo memenggal kepala istri baru sang raja. Sudah lebih dari
seribu gadis meninggal dunia. Wazir
sangat sedih atas kejadian ini, tapi ia takut pada sang raja. Ia juga takut
pada sang algojo. Ia sering mengurung diri di kamarnya dan menangis. Ia berdoa
pada tuhan agar bisa menolongnya.
Suatu
hari, seseorang mendengar tangisan Wazir. Orang itu adalah Sheherezade, putri
Wazir. Ia cantik, pintar dan baik. Wazir mencintainya melebihi apapun didunia
ini. Sheherezade melangkah masuk ke kamar sang ayah.
“Ayah,
mengapa engkau bersedih?” ia bertanya.
“Oh
putriku, aku menangisi ribuan gadis muda cantik yang meninggal karena sang
raja. Setiap hari sang raja menikahi seorang gadis. Setiap hari pula sang
algojo memenggal kepala istri baru sang raja itu.”
“Tapi…
kenapa?” Tanya Sheherezade. Lalu ayahnya menceritakan semua kisah menyedihkan
itu. “Itu membuatku sangat sedih. Tapi sekarang aku tidak tahu apa yang bisa
aku lakukan”
Sheherezade juga sedih mendengar
cerita para gadis cantik yang bernasib malang itu. Dalam beberapa menit ia berfikir
serius, lalu ia berkata, “Dengarkan aku ayah. Aku tahu bagaimana cara kita
untuk menghentikan sang raja agar tidak membunuh gadis lain. Biarkan aku
menikah dengannya.”
“Oh putriku sayang, jangan
korbankan dirimu! Jangan tinggalkan ayahmu yang miskin ini sendirian!”
“Ayah, kumohon, lakukan apa yang
aku minta ini. Aku punya rencana.”
Lalu dengan berat hati Wazir
mengantarkan putrinya menemui raja Shahriah.
Raja Shahriah sangat gembira saat
melihat Sheherezade. “Mengapa kau tidak membawanya
kepadaku sejak dulu, Wazir?” katanya.
“Ia adalah putriku, yang mulia.”
Jawab Wazir dengan penuh kesedihan.
Malam harinya, Sheherezade tidur
di kamar mewah bersama sang raja. Ia mulai menceritakan suatu kisah kepada sang
raja. Sebelumnya raja Shahriah tidak pernah mendengar kisah semacam itu.
Kisah
yang ia ceritakan kepada sang raja adalah tentang suatu tempat yang sangat jauh
dimana orang-orang melakukan hal-hal aneh.
Kadang
kisahnya lucu sehingga sang raja tertawa terbahak-bahak. Sudah lama sekali ia
tidak tertawa seperti itu. Kadang kisahnya menyedihkan hingga sang raja tak
bisa berhenti menangis. Ia juga sudah lama tidak menangis seperti itu. Semua
kisahnya selalu menarik. Tanpa terasa, pagi sudah menyapa sebelum Sheherezade
mengakhiri ceritanya.
Matahari mulai mewarnai pagi,
burung-burung mulai berkicau riang. “Sudah pagi” kata sang raja. “Aku
harus mengerjakan tugasku. Malam nanti, Sheherezade, kau harus menemuiku lagi unuk
menyelesaikan ceritamu.”
Sementara itu, algojo sudah
berdiri di depan pintu. “Jangan hari ini” ucap sang raja
kepada sang algojo, “Datang lagi besok.” Jadi, Sheherezade hidup lebih
lama dibandingkan dengan gadis lain sebelumnya.
Malam selanjutnya ia menyelesaikan
ceritanya dan mulai meneritakan kisah yang baru. Kisah ini juga tentang suatu
tempat yang jauh, sangat jauh. Sang raja tertawa lebih kencang daripada
sebelumnya, ia juga menangis lebih lama. Ia sangat penasaran dengan cerita yang
belum pernah ia dengar itu, tapi malam sudah berganti pagi lagi. Dan tentu
saja, Sheherezade belum mengakhiri ceritanya.
Berikut ini adalah beberapa kisah
yang ia ceritakan kepada sang raja.
***
Jin dalam Botol
Pada
zaman dahulu, terdapat seorang nelayan tua yang kurus, Setiap hari ia pergi ke laut membawa jala
miliknya dan berdoa kepada tuhan semoga jalanya dipenuhi ikan. Kadang tuhan
menjawab doanya dan kadang tidak. Suatu pagi, nelayan itu menebar jalanya ke laut. Tapi ia tidak ada
satupun ikan yang terperangkap, hanya botol tua yang sangat kotor tersangkut
dijala itu. Nelayan itu tak mampu memendam kesediahannya. Ia ingin mendapatkan
ikan, bukan sebuah botol tua.
“Mungkin
aku bisa menjualnya.” Ia bergumam. Ia mencuci dan memperhatikan setiap detil
dari botol yang dipenuhi lumpur itu. botol itu terkunci dengan tutup aneh
diujungnya, terkesan antik. Nelayan itu tidak banyak tahu tentang benda-benda
antik. Ia tidak tahu kalau tutup botol itu milik Raja Sulaiman.
“Mungkin
ada sesuatu yang berguna didalam botol ini.” katanya, lalu ia membuka botol itu
menggunakan pisau.
Ia
melihat kedalam botol itu. kosong. Nelayan itu memutar botolnya lalu
menggoyangkannya. Kepulan abu keluar dari dalam botol itu, awalnya sedikit, semakin
lama semakin banyak debu yang keluar, lalu terbang ke udara membentuk awan
mendung. Awan itu berwarna abu-abu
pekat. Kemudian nelayan tersebut melihat awan itu membentuk tubuh manusia yang
besar seperti jin.
Beberapa
jin memang berukuran kecil dan berhati baik, tapi yang ditemukan oleh nelayan
itu bertubuh tinggi dan garang seperti harimau. Ia terlihat seram dan
menakutkan, sama sekali tidak terlihat ramah. Mulut
sang nelayan menganga karena kaget dan matanya membesar karena ketakutan. Ia
berlutut dipasir dan berdoa kepada tuhan agar menyelamatkannya. Saat jin itu
bicara, bumi berguncang dan langit berubah gelap.
“Oh
yang mulia Raja Sulaiman, ampuni aku, aku tidak akan melakukannya lagi –” jin
itu berhenti bicara dan melihat seorang nelayan yang ketakutan didepannya. “kau
bukan Raja Sulaiman!" Nelayan
itu menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apapun. Ia terlalu ketakutan untuk
bicara.
“Siapa
yang mengeluarkanku dari botol?” Tanya sang jin.
“Aku
yang melakukannya.” Jawab nelayan tersebut.
“Bersiaplah
untuk mati, pria kecil.” Teriak sang jin
“Tapi,
apa yang sudah aku lakukan padamu, yang mulia?”
“Silakan
pilih dengan cara apa kau ingin mati, pria kecil.” Kata jin itu. “Akan kubuat
dengan sangat menyakitkan dan mengerikan. Jika tidak cukup mengerikan,akan
kubuat lebih mengerikan lagi.”
“Tapi,
apa yang sudah aku lakukan kepadamu?” balas nelayan miskin itu. “Mengapa aku bisa
membuatmu sangat marah?”
“Dengar, pria kecil, aku akan menceritakan
kepadamu kisah hidupku – tapi besiaplah untuk mati setelahnya. Jangan kau kira aku
akan melupakan hal itu.”
“Aku
adalah jin yang hebat.” Ucap sang jin. “dan aku melawan Raja Sulaiman.
Tentaraku kalah lalu Raja Sulaiman menjadikanku tahanannya. Aku berlutut dan mengemis kepadanya agar aku
diampuni. Ia bisa lihat bagaimana menyesalnya aku saat itu.
“berdiri.” Ucap raja
sulaiman kepadaku. “patuhi saja aku. Lalu
aku akan memaafkanmu dan kita bisa berteman.”
“Engkau
memaafkanku?”
tanyaku kepadanya saat itu. “aku, jin terhebat
dan terkuat diseluruh dunia. Engkau harus menunggu lama sebelum aku bisa
melakukan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Dan engkau akan menunggu lebih
lama lagi sebelum aku menjadi temanmu.”
“Kemudian
raja sulaiman mengucapkan suatu mantra, lalu tiba-tiba aku merasa tubuhku
semakin mengecil. Ia memasukkan diriku kedalam botol lalu ia menutup botol itu
dengan kuat. Kemudian, ia memerintahkan salah satu tentaranya untuk melemparkan
botol itu ke lautan. Seperti itulah kisahku.” Ucap sang Jin.
“Tapi,
bukankah Raja Sulaiman sudah menginggal dua ribu tahun lalu!” kata nelayan itu.
“Dua
ribu tahun” jin itu menangis. “musuh tuaku sudah meninggal dan aku tidak bisa
membunuhnya! baiklah pria kecil, ternyata kau menikmati ceritaku. Sekarang, aku
bisa membunuhmu. Bersiaplah untuk mati.” Jin itu mengambil pedang yang
tersimpan disabuknya lalu ia menyeringai lebar.
Jin
itu melihat si nelayan. Ia mengira kalau pria kecil itu akan sangat ketakutan.
Tapi ternyata nelayan itu melihat sang jin dengan senyum mengembang dari
wajahnya yang tua dan kelelahan.
“Jadi,
sekarang kau mengira aku akan percaya pada ceritamu, ‘kan?” Tanya si nelayan.
“Kau
tidak percaya?!” teriak sang jin. Ia sangat marah sehingga bumi dan langit
bergetar saat ia berteriak. Ia mengangkat pedang panjangnya hingga keatas
kepalanya tapi si nelayan justru tersenyum lagi.
“Sekarang
katakana yang sejujurnya – darimana kau berasal? Kau tidak keluar dari botol
kecil itu ‘kan? Aku tahu kalau aku tidak pintar, tapi aku tidak sebodoh itu.
bagaimana bisa jin hebat sepertimu masuk kedalam botol kecil itu?”
“Aku
adalah jin yang hebat” ucap sang jin. “seorang jin bisa melakukan apapun!”
“Aku
tidak percaya.” Ucap sang nelayan. “lihat – aku jauh lebih kecil darimu, dan
aku tidak bisa masuk kedalam botol itu.” Ia mencoba memasukkan kakinya ke leher
botol itu, tapi tidak berhasil.
“Kau
tidak bisa mengatakan kepadaku kalau pedang panjang milikmu itu kau dapat dari
dalam botol kecil ini. Bodoh sekali.” Lanjut nelayan tersebut.
Jin
itu sangat marah mendengar ucapan si nelayan. “Aku?” ia berteriak. “Bodoh?
Kaulah yang bodoh, pria kecil. Apa kau tidak mengerti juga kalau seorang jin
sepertiku bisa melakukan apapun! Lihat ini.”
Lalu
tubuh jin yang berukuran sangat besar itu berubah menjadi awan dengan
warna-warna yang berbeda. Ukuran Awan itu semakin mengecil, lalu yang tersisa
hanya debu yang masuk kedalam botol itu.
“Oh jadi begitu caramu melakukannya, sekarang aku tahu kau jin yang
hebat.” Nelayan itu tersenyum. Lalu dengan cepat ia menambil tutup botol
tersebut dan menutupnya dengan kuat. Botol itu terkunci lagi – sementar jin
tersebut masih berada didalam botol.
“Dan sekarang kau bisa berada disana sampai dua tibu
tahun lagi!”
teriak si Nelayan. “Aku akan bercerita tentangmu kepada orang-orang dikampungku!
Jadi jika mereka menemukan botolmu, mereka akan tahu kalau mereka tidak akan
membiarkanmu keluar!”
Ia
bersyukur kepada tuhan atas bantuanNya lalu dengan kencang ia melempar botol
itu ke lautan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar