Pages

Senin, 27 Juni 2016

Kisah Negeri 1001 Malam: Raja yang Tidak Bahagia dan Jin dalam Botol





Raja yang Tidak Bahagia
diceritakan kembali oleh: David Foulds
Penerjemah: Siti Nadroh



Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja bernama Shahriah. Awalnya Ia adalah raja yang baik – tapi ia berubah sejak mengetahui kalau istrinya menyukai laki-laki lain. Raja itu sangat marah kepada istrinya. “penggal kepalanya!” teriaknya. Lalu, algojo menarik istri sang raja keluar dan memenggal kepalanya.

Setiap malam setelah kejadian itu, raja Shahriah berbaring di tempat tidurnya yang mewah dengan perasaan sedih dan kesepian. Dalam tidurnya ia memimpikan istri cantiknya yang sudah meninggal. Ketika ia terjaga dari tidurnya, ia berhalusinasai kalau ia bisa melihat istrinya sedang berada dipelukan laki-laki lain. Ia tidak tahu harus bagaimana. Lalu ia memanggil Wazir, sorang kepala pelayan istana.

Dengan menahan kantuk wazir menghadap sang raja. “Aku tidak akan menghabiskan malamku seorang diri lagi” ucap sang raja.

“Oh, Yang Mulia, engkau sudah memutuskan untuk menikah lagi. Aku sangat senang mendengarnya.” Jawab Wazir dengan gembira.

“Menikah lagi? Bagaimana aku bisa melakukannya? Kelakuan perempuan sangat buruk. Seorang perempuan tidak bisa mencintai seorang laki-laki lebih dari satu hari.”

“Semua perempuan akan mencintai engkau selamanya, yang mulia.” Kata Wazir.

“Kau salah!” teriak Raja Shahriah, “cinta seorang perempuan seperti daun yang tertiup angin. Satu menit ia pergi ke satu tempat, menit berikutnya ia pergi ke tempat lain. Tidak akan ada yang tahu kemana selanjutnya ia akan pergi.”

“Tentu saja engkau benar, yang mulia.” Jawab Wazir dengan cepat. “perempuan hanya seperti daun. lalu apa yang bisa hamba lakukan?”

“Aku tahu apa yang harus aku  lakukan.” Kata sang raja, “dan kau yang akan membantuku. Bawakan aku seorang gadis cantik dan pintar, aku akan menikahinya.”

Wazir terlihat sangat senang mendengar ucapan sang raja. Kemudian sang raja melanjutkan, “dan katakana pada algojo untuk datang ke acara pernikahannya. Ia harus memenggal kepala sang gadis pagi harinya sebelum sang gadis berhenti mencintaiku. Setelah itu, kau harus membawa gadis lain kepadaku. Selama kau melakukan tugasmu aku pasti tidak akan kesepian lagi setiap malam., dan selama algojo itu melakukan tugasnya, tidak ada satupun dari istriku yang akan hidup cukup lama untuk mencintai orang lain!”

Wazir meninggalkan ruangan dengan perasaan sedih. Ia tidak ingin mengirim para gadis cantik itu menuju kematian, tapi ia harus mematuhi perintah sang raja.

‘***

Selama tiga tahun, raja Shahriah menikah dengan seorang gadis setiap harinya. Setiap pagi pula sang algojo memenggal kepala istri baru sang raja. Sudah lebih dari seribu gadis meninggal dunia. Wazir sangat sedih atas kejadian ini, tapi ia takut pada sang raja. Ia juga takut pada sang algojo. Ia sering mengurung diri di kamarnya dan menangis. Ia berdoa pada tuhan agar bisa menolongnya.

Suatu hari, seseorang mendengar tangisan Wazir. Orang itu adalah Sheherezade, putri Wazir. Ia cantik, pintar dan baik. Wazir mencintainya melebihi apapun didunia ini. Sheherezade melangkah masuk ke kamar sang ayah.

“Ayah, mengapa engkau bersedih?” ia bertanya.

“Oh putriku, aku menangisi ribuan gadis muda cantik yang meninggal karena sang raja. Setiap hari sang raja menikahi seorang gadis. Setiap hari pula sang algojo memenggal kepala istri baru sang raja itu.”

“Tapi… kenapa?” Tanya Sheherezade. Lalu ayahnya menceritakan semua kisah menyedihkan itu. “Itu membuatku sangat sedih. Tapi sekarang aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan”

Sheherezade juga sedih mendengar cerita para gadis cantik yang bernasib malang itu. Dalam beberapa menit ia berfikir serius, lalu ia berkata, “Dengarkan aku ayah. Aku tahu bagaimana cara kita untuk menghentikan sang raja agar tidak membunuh gadis lain. Biarkan aku menikah dengannya.”

“Oh putriku sayang, jangan korbankan dirimu! Jangan tinggalkan ayahmu yang miskin ini sendirian!”

“Ayah, kumohon, lakukan apa yang aku minta ini. Aku punya rencana.”
Lalu dengan berat hati Wazir mengantarkan putrinya menemui raja Shahriah.

Raja Shahriah sangat gembira saat melihat Sheherezade. “Mengapa kau tidak membawanya kepadaku sejak dulu, Wazir?” katanya.

“Ia adalah putriku, yang mulia.” Jawab Wazir dengan penuh kesedihan.

Malam harinya, Sheherezade tidur di kamar mewah bersama sang raja. Ia mulai menceritakan suatu kisah kepada sang raja. Sebelumnya raja Shahriah tidak pernah mendengar kisah semacam itu.

Kisah yang ia ceritakan kepada sang raja adalah tentang suatu tempat yang sangat jauh dimana orang-orang melakukan hal-hal aneh.

Kadang kisahnya lucu sehingga sang raja tertawa terbahak-bahak. Sudah lama sekali ia tidak tertawa seperti itu. Kadang kisahnya menyedihkan hingga sang raja tak bisa berhenti menangis. Ia juga sudah lama tidak menangis seperti itu. Semua kisahnya selalu menarik. Tanpa terasa, pagi sudah menyapa sebelum Sheherezade mengakhiri ceritanya.

Matahari mulai mewarnai pagi, burung-burung mulai berkicau riang. “Sudah pagi” kata sang raja. “Aku harus mengerjakan tugasku. Malam nanti, Sheherezade, kau harus menemuiku lagi unuk menyelesaikan ceritamu.”

Sementara itu, algojo sudah berdiri di depan pintu. “Jangan hari ini” ucap sang raja kepada sang algojo, “Datang lagi besok.” Jadi, Sheherezade hidup lebih lama dibandingkan dengan gadis lain sebelumnya.

Malam selanjutnya ia menyelesaikan ceritanya dan mulai meneritakan kisah yang baru. Kisah ini juga tentang suatu tempat yang jauh, sangat jauh. Sang raja tertawa lebih kencang daripada sebelumnya, ia juga menangis lebih lama. Ia sangat penasaran dengan cerita yang belum pernah ia dengar itu, tapi malam sudah berganti pagi lagi. Dan tentu saja, Sheherezade belum mengakhiri ceritanya.

Berikut ini adalah beberapa kisah yang ia ceritakan kepada sang raja.


***



Jin dalam Botol
 
Pada zaman dahulu, terdapat seorang nelayan tua yang kurus,  Setiap hari ia pergi ke laut membawa jala miliknya dan berdoa kepada tuhan semoga jalanya dipenuhi ikan. Kadang tuhan menjawab doanya dan kadang tidak. Suatu pagi, nelayan itu  menebar jalanya ke laut. Tapi ia tidak ada satupun ikan yang terperangkap, hanya botol tua yang sangat kotor tersangkut dijala itu. Nelayan itu tak mampu memendam kesediahannya. Ia ingin mendapatkan ikan, bukan sebuah botol tua.

“Mungkin aku bisa menjualnya.” Ia bergumam. Ia mencuci dan memperhatikan setiap detil dari botol yang dipenuhi lumpur itu. botol itu terkunci dengan tutup aneh diujungnya, terkesan antik. Nelayan itu tidak banyak tahu tentang benda-benda antik. Ia tidak tahu kalau tutup botol itu milik Raja Sulaiman.

“Mungkin ada sesuatu yang berguna didalam botol ini.” katanya, lalu ia membuka botol itu menggunakan pisau.

Ia melihat kedalam botol itu. kosong. Nelayan itu memutar botolnya lalu menggoyangkannya. Kepulan abu keluar dari dalam botol itu, awalnya sedikit, semakin lama semakin banyak debu yang keluar, lalu terbang ke udara membentuk awan mendung.  Awan itu berwarna abu-abu pekat. Kemudian nelayan tersebut melihat awan itu membentuk tubuh manusia yang besar seperti jin.

Beberapa jin memang berukuran kecil dan berhati baik, tapi yang ditemukan oleh nelayan itu bertubuh tinggi dan garang seperti harimau. Ia terlihat seram dan menakutkan, sama sekali tidak terlihat ramah. Mulut sang nelayan menganga karena kaget dan matanya membesar karena ketakutan. Ia berlutut dipasir dan berdoa kepada tuhan agar menyelamatkannya. Saat jin itu bicara, bumi berguncang dan langit berubah gelap.

“Oh yang mulia Raja Sulaiman, ampuni aku, aku tidak akan melakukannya lagi –” jin itu berhenti bicara dan melihat seorang nelayan yang ketakutan didepannya. “kau bukan Raja Sulaiman!" Nelayan itu menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apapun. Ia terlalu ketakutan untuk bicara.

“Siapa yang mengeluarkanku dari botol?” Tanya sang jin.

“Aku yang melakukannya.” Jawab nelayan tersebut.

“Bersiaplah untuk mati, pria kecil.” Teriak sang jin

“Tapi, apa yang sudah aku lakukan padamu, yang mulia?”

“Silakan pilih dengan cara apa kau ingin mati, pria kecil.” Kata jin itu. “Akan kubuat dengan sangat menyakitkan dan mengerikan. Jika tidak cukup mengerikan,akan kubuat lebih mengerikan lagi.”

“Tapi, apa yang sudah aku lakukan kepadamu?” balas nelayan miskin itu. “Mengapa aku bisa membuatmu sangat marah?”

“Dengar, pria kecil, aku akan menceritakan kepadamu kisah hidupku – tapi besiaplah untuk mati setelahnya. Jangan kau kira aku akan melupakan hal itu.”

“Aku adalah jin yang hebat.” Ucap sang jin. “dan aku melawan Raja Sulaiman. Tentaraku kalah lalu Raja Sulaiman menjadikanku tahanannya.  Aku berlutut dan mengemis kepadanya agar aku diampuni. Ia bisa lihat bagaimana menyesalnya aku saat itu.

“berdiri.” Ucap raja sulaiman kepadaku. “patuhi saja aku. Lalu aku akan memaafkanmu dan kita bisa berteman.”

“Engkau memaafkanku?” tanyaku kepadanya saat itu. “aku, jin terhebat dan terkuat diseluruh dunia. Engkau harus menunggu lama sebelum aku bisa melakukan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Dan engkau akan menunggu lebih lama lagi sebelum aku menjadi temanmu.”

“Kemudian raja sulaiman mengucapkan suatu mantra, lalu tiba-tiba aku merasa tubuhku semakin mengecil. Ia memasukkan diriku kedalam botol lalu ia menutup botol itu dengan kuat. Kemudian, ia memerintahkan salah satu tentaranya untuk melemparkan botol itu ke lautan. Seperti itulah kisahku.” Ucap sang Jin.

“Tapi, bukankah Raja Sulaiman sudah menginggal dua ribu tahun lalu!”  kata nelayan itu. 

“Dua ribu tahun” jin itu menangis. “musuh tuaku sudah meninggal dan aku tidak bisa membunuhnya! baiklah pria kecil, ternyata kau menikmati ceritaku. Sekarang, aku bisa membunuhmu. Bersiaplah untuk mati.” Jin itu mengambil pedang yang tersimpan disabuknya lalu ia menyeringai lebar.

Jin itu melihat si nelayan. Ia mengira kalau pria kecil itu akan sangat ketakutan. Tapi ternyata nelayan itu melihat sang jin dengan senyum mengembang dari wajahnya yang tua dan kelelahan.

“Jadi, sekarang kau mengira aku akan percaya pada ceritamu, ‘kan?” Tanya si nelayan.

“Kau tidak percaya?!” teriak sang jin. Ia sangat marah sehingga bumi dan langit bergetar saat ia berteriak. Ia mengangkat pedang panjangnya hingga keatas kepalanya tapi si nelayan justru tersenyum lagi.

“Sekarang katakana yang sejujurnya – darimana kau berasal? Kau tidak keluar dari botol kecil itu ‘kan? Aku tahu kalau aku tidak pintar, tapi aku tidak sebodoh itu. bagaimana bisa jin hebat sepertimu masuk kedalam botol kecil itu?”

“Aku adalah jin yang hebat” ucap sang jin. “seorang jin bisa melakukan apapun!”

“Aku tidak percaya.” Ucap sang nelayan. “lihat – aku jauh lebih kecil darimu, dan aku tidak bisa masuk kedalam botol itu.” Ia mencoba memasukkan kakinya ke leher botol itu, tapi tidak berhasil.

“Kau tidak bisa mengatakan kepadaku kalau pedang panjang milikmu itu kau dapat dari dalam botol kecil ini. Bodoh sekali.” Lanjut nelayan tersebut.

Jin itu sangat marah mendengar ucapan si nelayan. “Aku?” ia berteriak. “Bodoh? Kaulah yang bodoh, pria kecil. Apa kau tidak mengerti juga kalau seorang jin sepertiku bisa melakukan apapun! Lihat ini.”

Lalu tubuh jin yang berukuran sangat besar itu berubah menjadi awan dengan warna-warna yang berbeda. Ukuran Awan itu semakin mengecil, lalu yang tersisa hanya debu yang masuk kedalam botol itu.

Oh jadi begitu caramu melakukannya, sekarang aku tahu kau jin yang hebat.” Nelayan itu tersenyum. Lalu dengan cepat ia menambil tutup botol tersebut dan menutupnya dengan kuat. Botol itu terkunci lagi – sementar jin tersebut masih  berada didalam botol.

“Dan sekarang kau bisa berada disana sampai dua tibu tahun lagi!” teriak si Nelayan. “Aku akan bercerita tentangmu kepada orang-orang dikampungku! Jadi jika mereka menemukan botolmu, mereka akan tahu kalau mereka tidak akan membiarkanmu keluar!”

Ia bersyukur kepada tuhan atas bantuanNya lalu dengan kencang ia melempar botol itu ke lautan.


 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar