Pages

Senin, 29 Agustus 2016

Kaleng Makan yang Kosong







By: David Malouf
Retold by: Christine Lindop
Translated by: Siti Nadroh




Beberapa orang bisa melihat sesuatu yang tidak nyata. Atau mungkin sesuatu yang nyata, hanya saja orang lain tidak bisa melihatnya. Siapa yang benar? Siapa yang kita percaya? Untuk beberapa pertanyaan mungkin tidak ada jawabannya.

Wanita dalam cerita ini adalah seorang ibu yang ditinggalkan oleh anaknya untuk selamanya, tetapi ingatan tentang kematian anaknya tetap hidup dalam fikiran dan hatinya. Dan sebuah kenangan bisa terlihat seperti kenyataan seperti seseorang yang masih hidup di dunia.


Pemuda itu sudah lama berada di sana. Ia berdiri direrumput di antara semak-semak mawar dan tanaman bunga lainnya, pundaknya tidak tegap, kedua tangannya berada disampingnya. Ia berdiri sangat tenang dengan wajah yang menatap ke sebuah rumah dihadapannya, seperti seseorang yang sudah membunyikan bel pintu tetapi tidak mendapat jawaban, dan berharap ada seseorang yang akhirnya muncul di jendela atas. Ia sepertinya tidak menyadari kehadiran burung-burung currawong hitam yang terbang melewatinya dengan pekikan keras, atau melompat disekitar rerumputan.

Awalnya, bayangan rumah itu tepat di kakinya tetapi kemudian bergerak ke belakang saat pagi mulai beranjak siang, dan sekarang ia berdiri dbawah sinar matahari yang membuat bayangan dirinya. 

Dibelakangnya, mobil-mobil berlalu lalang disepanjang jalan, membawa anak-anak ke sekolah, dan truk-truk mengantarkan sesuatu ke rumah-rumah – di sini, rumah-rumah tidak diberi pagar; tamannya langsung terbuka dengan jalanan. Pemuda itu hanya berdiri. Dan satu-satunya sesuatu diantara dirinya dan pohon-pohon bunga adalah sebuah keran air dengan pipa baja yang keluar dari rerumputan.

Pada awalnya, saat melewati dinding kaca di ruang makan dan melihat sosok tubuh kurus dengan bayangannya yang pendek direrumputan, wanita itu berteriak karena terkejut. Greg! Ia sangat mudah dikenal – diusianya yang sama. Karena ragu dengan penglihatannya, wanita itu pergi tepat ke depan dinding kaca itu dan menatap keluar. Tapi Greg sudah meninggal tujuh tahun yang lalu. Sebagian dirinya sadar akan hal ini, bagian dari dirinya yang mengamati orang asing itu, tapi bagi sebagian dirinya yang lain, Greg masih hidup, seorang anak lelaki yang masih berkembang dalam kesempurnaan hidupnya, oleh karenanya wanita itu mengetahui bagaimanaa Greg terlihat saat berusia limabelas tahun, tujuhbelas tahun dan sekarang dua puluh tahun. 

Pemuda itu tidak seperti Greg. Ia berdiri dengan pundak membungkuk kedepan dan pakaiannya yang tidak pas, ia terlihat kumal, tidak modis, tapi hal itu pasti karena ia miskin. Dengan celana panjangnya yang longgar dan topi lebarnya, ia terlihat seperti seseorang dari kota atau zaman lain. Menurutnya, penampilan pemuda itu seperti para lelaki yang hidup dimasa kecil wanita itu, para lelaki yang keluar untuk bekerja.

Kurus dan pucat, tanpa jaket, tentu saja pemuda itu melihat wanita itu muncul di dinding kaca dan sedang memperhatikannya, tapi ia sama sekali tidak mempedulikannya.

Pemuda itulah yang mengingatkan wanita tersebut dengan zaman krisis moneter, dan para lelaki itu, beberapa hanya memiliki satu lengan atau satu kaki, yang menunggu di sudut-sudut jalan dimasa kecil wanita itu, mengenakan seragam yang digabung dengan pakaian lama, menawarkan pensil atau korek api untuk dijual. Kadang, saat kau menjawab bel pintu dan membukanya, kau akan menemukan salah satu dari mereka berdiri di anak tangga. Yang mereka inginkan adalah suatu pekerjaan: memotong rumput, membersihkan daun-daun di atap, atau menambal sepatu… Saat tidak ada pekerjaan, mereka hanya berdiri, seperti yang dilakukan pemuda itu, menunggu tawaran secangkir teh dengan sepotong roti, atau beberapa sen – tidak peduli apa atau berapa banyak. Apa yang kau tawarkan tidak terlalu penting; mereka ingin kau mengenal mereka, menyadari kalau kau dan mereka adalah sama. Sebagai seorang anak kecil di kota kecilnya, wanita itu memperhatikan bagaimana ibunya memperlakukan para lelaki itu, dan ia bergumam: inilah salah satu hal yang dilakukan orang-orang. Ada cara untuk melakukannya sehingga seorang lelaki bisa tetap terlihat gagah, dan kau bisa melakukannya juga. Ketika wanita itu tumbuh besar, krisis moneter itu berakhir. Sebagai gantinya, terjadi Perang Dunia II. Ia tidak pernah menerapkan hal-hal yang sudah setengah ia pelajari itu. 

Wanita itu berjalan keluar kearah kebun dan menatap pemuda itu, hanya udara, tidak ada kaca diantara mereka.

Pemuda itu tetap orang yang tidak dikenal oleh wanita itu. Pemuda itu sedikit bergerak, dan saat wanita itu berdiri di sana dan diam-diam memperhatikannya untuk beberapa saat, ia melihat pemuda itu terus bergerak. Ia berjalan mengikuti matahari, seperti yang dilakukan oleh tumbuhan. Jika pemuda itu memutuskan untuk bertahan, fikir wanita itu, mungkin ia akan terbiasa dengannya. Bagaimanapun juga, mengapa tanaman bunga dan bukan seorang anak muda yang normal?

Wanita itu kembali kedalam rumah dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya. Sebenarnya rumah itu tidak membutuhkannya karena hanya dua orang yang tinggal di sana, tetapi setiap hari ia selalu smelakukan hal yang sama. Ia memulainya dari ruang tamu, membersihkan dan membuat semuanya rapi, berhati-hati agar tidak menyentuh mesin catur elektronik yang sangat dicintai suaminya. Diatas meja, dengan cahaya disisinya, terdapat bagian dari mesin itu, yang menurutnya sebagai sesuatu yang membuat tamu yang datang menjadi enggan untuk menginap. Mesin itu mengeluarkan suara seseorang untuk mengatur pion-pion catur yang bergerak dengan suara yang menyeramkan, seperti seorang laki-laki yang berbicara di sebuah makam, dan pernah suatu ketika, dihari-hari saat ia mulai tidak menyukai benda itu, ia menyalakannya tanpa disengaja. Ia langsung berbalik ketika suara datar dan berat itu berbicara kepadanya. Untuk beberapa saat rasanya seperti sesuatu yang tidak bernyawa tiba-tiba memutuskan untuk berkomunikasi dengannya. tetapi, sekarang benda itu tidak membuatnya sangat terkejut lagi, namun ia tetap menghindarinya.

Setelah selesai membersihkan ruang tamu, dan tanpa kembali ke jendela itu lagi, ia berjalan lurus ke kamar mandi. Ia membersihkan semua bagian kamar mandi itu, termasuk shower dan toiletnya, kemudian berjalan lurus kembali ke ruang tamu dan melihat keluar.

Pemuda itu masih di sana dan sudah bergerak seperempat lingkaran. Ia melihat tubuh kurus pemuda itu dari samping. Tapi apa yang terjadi? Pemuda itu tidak memiliki bayangan. Pipa baja itu membentuk sebuah bayangan direrumputan, tapi tidak dengan pemuda itu. Butuh satu menit, satu menit yang menyeramkan, baginya untuk menyadari kalau garis hitam direrumputan itu bukanlah sebuah bayangan pipa, tapi sebuah jejak aliran air. Jadi itu benar. Itu tengah hari.

Kemudian wanita itu melakukan hal yang tidak biasa. Ia berjalan lurus memasuki dapur, mengambil mentega, tepung terigu dan gula, lalu membuat biskuit yang dipenuhi kacang didalamnya. Ia melakukannya dengan cepat dan menikmati kebiasaan lamanya, yaitu memasak.

Biskuit itu tidak memiliki nama istimewa. Ia belajar membuatnya saat masih kecil sdari seorang perempuan yang bekerja untuk keluarganya di kota. Saat ia mencampur bahan-bahan biscuit itu dan menaruhnya keatas sebuah kertas untuk dipanggang, ia merasa seperti menjadi dirinya semasa muda dulu, seorang wanita muda yang bergerak lebih ringan, dan lebih yakin. Ia tidak pernah membuat biscuit ini – tidak pernah merasa bisa membuatnya – sejak Greg mennggal dunia. Selagi kepingan biscuit itu dipanggang dan aromanya yang manis memenuhi rumahnya, ia melakukan hal lain yang tidak ia rencanakan. Ia pergi ke kamar Greg diujung ruangan dan mulai mengambil bendera didinding yang Greg dapatkan dari pertandingan renang, pita hijau dengan medali emas, juga pita ungu dan biru, lalu menaruhnya diatas tempat tidur dengan hati-hati. Ia mengambil sebuah dus dari bawah tangga dan memasukkan semua medali itu kedalamya. Lalu ia membersihkn rak buku dan mengambil pesawat kecil milik Greg dan menaruhnya kedalam dus yang sama. Dari lacinya, wanita itu mengambil pensil, sekotak kartu, majalah, buku catatan dan benda lain milik putranya, lalu memasukkan semuanya kedalam dus dan membawanya keluar. Kemudian ia mengambil seperai bersih dan memasangnya di tempat tidur itu.

Sekarang biscuit itu sudah siap dikeluarkan dari panggangan. Ia menghitung jumlahnya. Semuanya ada duapuluhtiga. Tanpa melihat keluar, ia membuka jendela dapur dan meninggalkan biscuit itu didepan jendela yang terbuka agar dingin. Lalu ia kembali dan duduk di tempat tidur Greg.

Ia melihat ke sekeliling dinding yang kosong. Ia membayangkan apa yang akan ditaruh oleh seorang anak muda didinding itu. Rasanya menyakitkan mengetahui bahwa ia tidak bisa menebaknya.

Lalu sosok lain dari masa lalu muncul dipikirannya.

Pada pertengahan tahun di sekolahnya, ada seorang anak laki-laki yang duduknya hanya berjarak dua meja didepannya yang bernama Stevie Caine.Iia selalu merasa kasihan dengannya karena anak itu miskin dan hanya tinggal bersama bibinya. Ayahnya bekerja di rel kereta api tetapi kehilangan pekerjaannya setelah sebuah kecelakaan mengambil nyawanya. Pemuda di luar itulah yang mengingatkannya pada Stevie Caine. Bahunya kecil dan membungkuk kedepan, wajahnya pucat luar biasa, pergelangan tangannya hanya tulang. Rambut Stevie kusam dan beraroma sabun cuci. ia sangat miskin sehingga tidak mampu pergi ke bioskop pada Sabtu sore, atau memiliki sebuah radio, ia bahkan tidak bisa bergabung dalam obrolan yang menarik bersama anak-anak lain. Saat waktu makan siang tiba, ia duduk seorang diri jauh di sisi lapangan, dan wanita itu menebak-nebak alasannya adalah karena tempat makan yang dibawa ayahnya dari rel kereta api tidak berisi apa-apa, atau hanya berisi sepotong roti. Walaupun Stevie sangat miskin – tapi ia tidak pernah mengeluh – itu adalah hal yang sangat mengejutkan bagi wanita itu. Kadang saat Stevie bersemangat, wajahnya dipenuhi sinar kegembiraan dan keramahan yang membuat wanita itu ingin meraihnya dan menyentuh kulitnya yang kekar untuk merasakan kehangatannya. Tapi mungkin ia akan salah paham atas sikap wanita itu terhadapnya – ia akan berpikir kalau wanita itu menyukainya, atau, lebih buruk lagi, merasa kasihan kepadanya. Jadi wanita itu tidak melakukan apa – apa.

Stevie Caine berhenti sekolah saat usianya empatbelas tahun dan menjadi seperti ayahnya yang bekerja di rel kereta api. Wanita itu kadang melihatnya mengenakan seragam pekerja rel kereta api. Topi hitamnya membuat wajahnya terlihat semakin kurus, dan ia membawa tempat makan tua yang sama. Tapi ia menolak untuk bersedih atau dikasihani, dan itulah yang membuat perasaan lembut wanita itu terhadapnya tetap hidup. Bahkan sampai saat ini, bertahun-tahun kemudian, wanita itu bisa melihat bagian belakang leher Stevie yang kurus itu. Jika ia punya kesempatan, ia akan meraihnya dan menyentuh kulitnya yang kasar, tidak peduli lagi kalau itu akan membuat Stevie salah paham.

Saat Stevie berusia delapanbelas tahun, ia langsung bergabung dengan tentara dan langsung terbunuh; wanita itu melihatnya di Koran – namanya tertulis di Koran itu.

Dan pemuda yang berdiri di depan rumahnya ini terlihat seperti Stevie Caine – Stevie yang terakhir kali dilihatnya, dengan topinya yang lembut dan seragam pekerja rel kereta apinya. Ia tidak begitu mengenal Stevie, tapi ia tidak pernah melupakannya. Menurutnya, ada dua jenis ketidakadilan yang terjadi, pertama adalah kekejaman yang bisa diubah; jenis yang lainnya adalah ketika seorang anak berusia tigabelas tahun terlempar dari sepedanya dan meninggal dunia, dan itu tidak bisa diubah. Ia mengingat Stevie Caine karena hal ini dan karena tempat makannnya yang kosong. Kini sudah terlambat, tapi ia ingin mengisinya dengan biskuit penuh kacang didalamnya yang tidak memiliki nama istimewa. 

Dengan cepat ia pergi keluar (pemuda itu masih ada disana, diatas rerumputan dekat jendela), lalu menghitung biskuit yang sudah cukup dingin untuk disimpan. Jumlahnya duapuluhtiga, sama seperti sebelumnya.

Pemuda itu tetap di sana sepanjang sore dan masih di sana dengan bayangannya saat Jack pulang. Wanita itu hampir marah dengan pemuda itu, tapi ia tidak ingin hal itu terbukti. Betapa anehnya jika kau berjalan mendekati seseorang, lalu melambaikan tanganmu untuk mengusirnya dan melihat apakah ia akan pergi, tapi ternyata tidak berhasil.

Mereka berdua lalu minum teh, kemudian Jack mengambil satu biskuit itu lalu memakannya dengan perlahan setelah menatap wanita itu dengan tatapan malu dan penuh kecemasan, wanita itu berpura-pura tidak melihatnya padahal ia tengah memperhatikannya. Jack mencoba untuk tidak menunjukkan betapa sedihnya ia. Jack yang malang.

Tersisa duapuluhdua kue lagi.

Kemudian, sementara ia duduk memainkan catur dan suara mekanik itu memberitahu gerakan apa yang harus ia lakukan terhadap pion caturnya, wanita itu pergi ke jendela dan melihat keluar. Hujan turun dengan lembut dan membuat lampu jalanan terlihat redup. Mobil-mobil yang berjalan perlahan membuat suara lembut di jalanan yang basah. 

Pemuda itu berdiri di sana, di tempat yang sama. Pakaiannya yang lusuh kini basah kuyup, dan tetesan air yang jatuh dari ujung topinya berkilauan karena cahaya lampu.

“Menyedihkan sekali,” kata wanita itu, “berada diluar sana dimalam seperti ini, dan tidak punya tujuan kemana harus pergi. Pasti banyak yang seperti mereka, hanya berdiri diluar, dibawah rintikan hujan, atau tidur di sana.”

Sesuatu disuara wanita itu, sebentuk perasaan yang sangat senyentuh dan mengkhawatirkan bagi Jack, membuat lelaki itu meninggalkan permainan caturnya dan berjalan ke samping wanita itu. Untuk beberapa saat mereka berdiri didepan dinding kaca yang gelap itu. Lalu wanita itu bergerak, menatap mata Jack dan melakukan hal yang tidak biasa. Ia meraih Jack dan tangannya memeluk dada Jack – sekarang Jack merasakannya. Itu adalah hal yang sangat tidak biasa! Perasaan takut tiba-tiba meninggalkan wanita itu, dan ia mencium Jack.

“Aku punya segalanya” adalah pikiran wanita itu terhadap dirinya.

Keesokan paginya, sendiri lagi, wanita itu membersihkan sisa sarapan dan membuat daftar belanja. Kemudian ia pergi ke jendela.

Hari itu cuaca cerah, dan di sana ada mereka, serupa tapi tak sama; keduanya pucat dan putus asa, dengan bahu yang kurus, mengenakan pakaian lusuh dan kumal. Mereka tidak muncul bersama-sama. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau mereka saling kenal, atau mungkin yang pertama memanggil pemuda yang satunya dari suatu tempat. Tapi keduanya sama saja, mengusulkan sebuah rencana atau semacamnya. Besok, ia menebak, akan ada empat orang, dan lusa ada enambelas orang – sampai tidak ada tempat lagi untuk mereka direrumputan itu. Pasti ada jutaan orang seperti mereka; mereka memenuhi jalanan, dan di jalan lain – dengan tidak ada lagi ruang untuk mobil-mobil – lalu di kota, sampai sebagian besar bumi tertutup olehnya. Ini hanya permulaan.

Wanita itu tidak merasa khawatir. Dua orang itu hanya berdiri disana. Tapi ia memutuskan untuk tidak menceritakan hal itu kepada Jack sampai Jack menyadarinya. Lalu mereka bersama-sama akan melakukan apa yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar