Pages

Sabtu, 05 September 2015

Resensi "Rumah" Kumpulan Puisi Karya Hardi Rahman


Berbicara tentang puisi pasti tak jauh dari sosok penyair muda, Hardi Rahman. Berdomisili  di Balaraja - Tangerang, ia menulis puisi dari berbagai latar belakang dan ide. Ide bisa muncul di mana saja, tapi tidak di awang-awang. Ia bisa muncul di ujung kuku-kukumu yang lupa kau potong, di potongan koran yang tertiup angin lalu mendarat tepat di wajahmu, di gelang hijau pemberian kakekmu saat diajak mengitari kebun singkongnya, di sandal yang mulai tipis dan luntur mereknya, di layar komputer yang seharian kau tekuri, di status-status yang kau anggap begitu mengganggu, juga di pusaran terakhir teh hangat yang kau aduk sebelum kau mencecapnya.

Bagi Hardi Rahman alias Hardia Rayya, ide juga muncul di detil terkecil sudut-sudut rumahnya. Di pintu, di jendela, di dinding, di teras, di atap, di lemari, di tempat tidur, di atas meja, di pisau, di kolak yang ia nikmati, bahkan di bak mandi yang nyaris setiap hari digunakan. Sudut-sudut dalam rumah yang seringkali dianggap biasa. Bahkan terlalu biasa. Dianggap tak istimewa, tapi tidak bagi Hardi Rahman.

Melalui sudut-sudut dalam rumah itulah, Hardi Rahman membungkus hangat kerinduan, perjuangan dan segala kesakitan sekaligus kesenangan dalam puisi-puisinya.
 
***

....

dan mari, bersama kita sejenak di sini
di balik jendela
menatap langit dan berusaha menebak cuaca

—Dikutip dari puisi "Jendela" karya Hardi Rahman—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar