"Kalau kita enggak bisa dapet apa yang kita suka, lebih baik kita suka apa yang udah kita dapet ...."
Langit kini sedang cerah dan mendung. Ditengah kegembiraannya mendapatkan kesempatan membuat naskah film untuk menyambut ulang tahun Ganendra Radio, ia juga mendapat masalah di keluarga dan hatinya. hal itulah yang membuat ia cuek terhadap keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Sebagai seorang penyiar radio, tidak sulit untuknya dalam hal bergabung dengan kawan baru, maka tak jarang jika sedang suntuk di rumah, ia menghabiskan waktunya untuk nongkrong bersama teman-temannya hingga larut malam. kuliahnya pun mulai terabaikan.
Langit yang cuek terhadap hidup dan lingkungan sekitarnya berubah
setelah dia mengenal Nenek Romlah penjual tasbih dan gelang. Wanita tua itu dan cucu laki-lakinya
itu menyadarkan Langit bahwa semua hal yang dimilikinya saat ini patut
disyukuri, termasuk orang-orang yang selama ini dianggap Langit tidak
menyayanginya.
Hari demi hari Langit habiskan dengan mengerjakan project film dan mengunjungi nenek Romlah. Ia dan temannya Thyo membelikan hampir semua kebutuhan nenek tua tersebut. Ia menyayangi sang nenek seperti kepada neneknya pribadi. perlahan, ketidakpeduliannya terhadap lingkungannya mulai memudar berkat sang nenek.
Semburat Senyum Sore, sebuah novel ringan yang layak dibaca siapapun. Novel ini memiliki latar kota Bandung dengan segala kesibukannya. Melalui novel ini pembaca dapat mengambil pelajaran bahwa kita sudah sepatutnya bersyukur atas apa yang kita punya. []
Bulakan,
Sabtu 08 Agustus 2015
12:05 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar