Pages

Selasa, 19 Mei 2015

Puisi - Tuhan Begitu Dekat

Selamat Pagi... wah sudah lama sekali saya tidak menulis di blog, maklum banyak tugas (haha.. sok sibuk). Baiklah, di pagi yang cerah ini saya akan sedikit membahas tentang salah satu puisi favorit saya. Judulnya "Tuhan Begitu Dekat".
 
"Tuhan Begitu Dekat" adalah sebuah puisi yang ditulis oleh pak Saut Poltak Tambunan. Pertama kali saya tau puisi ini bukanlah dari lomba baca puisi, atau acara kumpul anak sastra maupun tugas menganalisa seperti yang biasa diberikan oleh dosen di kampus mengingat bahwa saya mengambil jurusan Sastra, jadi tugas-tugas kuliah pun tak jauh dari menganalisa puisi. Oke lupakan tentang kuliah saya, (makin lama malah makin ngelantur ini tulisannnya). Let's back to the topic. Nah saya menyukai puisi ini karena pertama kali mendengar puisi ini dibawakan oleh group band indie dari Tangerang, yaitu 4Weekend. Grup band ini aktif di forum diskusi "Dapoer Sastra Tjisaoek". Tidak seperti kebanyakan orang yang membacakan puisi dengan berdiri dan serius, mereka biasanya membawakan puisi-puisi dari penyair ternama dengan musikalisasi puisi. 

Setiap bait dari puisi karya Pak Saut Poltak Tambunan ini sarat akan makna mengenai kesadaran manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya dihadapan tuhannya. Hal lain yang disampaikan melalui puisi ini adalah bagaimana pak Saut membawa kita pada kenyataan bahwa sebenarnya tuhan sangatlah dekat dengan kita, hanya saja kadang kita lupa dengan keberadaanNya. Rahmat dan nikmat yang tuhan berikan kepada manusia tak pernah berhenti, walau manusia itu sendiri kadang tidak mensyukuri apa yang telah ia dapatkan. 

Nah berikut ini adalah bait-bait dari puisi indah karya Pak saut Poltak Tambunan:


Seharusnya kupejamkan mataku
agar aku dapat menatapMu.
Seharusnya aku diam membisu
agar dapat mendengar suaraMu.

Seharusnya tanganku dekap terbelenggu
agar aku dapat menggapai jubah kemuliaanMu.
Seharusnya kakiku ku tekuk bersujud
agar aku dapat berlari mengejarMu.

Tetapi siapakah Engkau?
yang begitu dekat bahkan ada dan terdiam
di dalam aku.

Kepadaku kasihMu mengalir
bagaikan sungai bening yang tak pernah terputus
disegala ruang dan waktu
disepanjang peradaban.

Kepadaku setiaMu
senantiasa satu.
Bagaikan matahari dengan siang
disepanjang jalanku
disepanjang hidupku.



Sampai sini dulu pembahasan saya mengenai puisi ini (Ada atasan, maklum, ngetiknya menggunakan komputer kantor di sela-sela waktu senggang bekerha, hehehe). Semoga semakin banyak puisi-puisi lain yang bagus memiliki makna yang dalam. Dan anak muda masa kini semakin peka akan semua hal disekitar mereka, hingga mampu menggambarkannya kedalam bait-bait puisi. Tidak hanya tentang kegalauan cinta atau kesendirian yang menyiksa (haha, apalah, endingnya kacau!)


Sampai jumpa lain waktu.
Salam Sastra Indonesia^^






Cikupa,
Sabtu, 23 Mei 2015
11:23 AM




Tidak ada komentar:

Posting Komentar