Pages

Rabu, 22 April 2015

Putri Sekar Arum dan Garam

Alkisah, di suatu negeri antah berantah terdapat kerajaan besar yang wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh negeri itu. Kerajaan Atas Angin namanya. pemimpinnya adah Maharaja Surya Buana. Sang raja memimpin negeri tersebut dengan sangat bijaksana. Ia dan rakyatnya dapat hidup makmur hingga bisa dipastikan bahwa tidak ada rakyatnya yang hidup miskin. Kehidupan rakyatnya tidak mewah ataupun bergelimpangan harta, tetapi mereka hidup makmur dengan ladang dan sawah yang mereka miliki. 

Sang raja tinggal di istana yang sagat luas bersama istri dan tiga orang putri. Putri pertama bernama Selasih yang berumur 21 tahun. putri kedua bernama Cempaka yang berumur 18 tahun dan putri ketiga bernama Sekar Arum yang berumur 15 tahun. Mereka sangat akur, tidak pernah berselisih tentang apapun. Belajar bersama, bermain bersama, pergi keluar istana pun selalu bersama. Tetapi walau mereka kompak, hobi dan kesenangan mereka sangatlah berbeda satu sama lain.
Sang putri sulung, Putri Selasih, sangat senang menari. Ia amat mahir dalam hal menari. Wajahnya cantik, jari-jarinya lentik, dan gerakan tubuhnya amat gemulai saat menari. Ia sering menampilkan kepiawaiannya dalam menari dalam upacara dan acara lain di istana. Putri kedua, yaitu Putri Cempaka sangat gemar berkebun dan merangkai bunga. Pengetahuannya tentang segala jenis bunga sudah tidak perlu diragukan lagi. Hari-harinya banyak dihabiskan di kebun istana, bermain dengan kupu-kupu serta merawat bunga kesayangannya, bunga cempaka, seperti namanya. Itulah alasan mengapa ia sangat menyukai bunga cempaka.
Berbeda dengan kedua kakaknya yang gemulai dan anggun, sang putri bungsu, yaitu Putri Sekar Arum memiliki kegemaran yang tidak biasa di kalangan putri raja. Ia gemar memasak. Ia banyak menghabiskan waktunya di dapur kerajaan, memperhatikan pelayan yang sedang memasak untuk jamuan makan keluarga Raja. Meski sudah diingatkan dan dilarang oleh pelayan untuk tidak memegang pisau serta benda lain di dapur, namun ia mengabaikannya. Pelayan tersebut takut jikalau sang Putri terluka maka ia pun akan dimarahi oleh sang Raja. Sang Raja pun sudah seringkali mengingatkan sang Putri untuk tidak bermain di dapur dan melakukan kegiatan lain seperti kedua kakaknya, namun peringatan sang Raja ternyata tidak berpengaruh apapun bagi sang Putri. Sang Raja pun mulai bosan untuk mengingatkannya dan hanya membiarkannya.

Pada suatu hari, saat Sang Maharaja Surya Buana berulang tahun, ia menginginkan hadiah dari ketiga putrinya. Ia ingin diberikan hadiah berupa sesuatu yang amat sangat disayangi oleh masing-masing putrinya. Ia ingin mengetahui seberapa sayangnya mereka terhadap sang ayah hingga harus rela memberikan benda kesayangan mereka. Satu persatu ketiga purti Raja tersebut memberikan hadiah kepada ayahnya.

Putri Selasih mempersembahkan tarian terbaiknya juga selendang kesayangannya yang terbuat dari sutera lembut. Ia berkata kepada sang ayah "Kecintaanku terhadap Ayahanda melebihi kecintaanku terhadap jari-jari lentikku juga selendang ini." Sang Raja tersenyum bangga dan menerima hadiah dari Putri Selasih.

Putri Cempaka memberikan hadiah berupa rangkaian bunga cempaka yang selama ini ia rawat dengan sangat hati-hati. "kecintaanku terhadap Ayahanda melebihi cintaku terhadap bunga-bunga cempaka ini. Sebelumnya aku tidak pernah memetik bunga ini. Hari ini kupersembahkan bunga kesayanganku untuk engkau." Sang Raja pun menerima hadiah dari Putri cempaka.
Akhirnya tiba saat untuk Putri Sekar Arum memberikan hadiahnya. Ia membawakan semangkuk sup hangat untuk sang Ayah. "Kecintaanku terhadap Ayahanda melebihi cintaku terhadap garam." Ia berkata dengan sangat tenang. Namun sang Ayah sangat tidak terima dengan ucapan putrinya. Ia geram terhadap putri Sekar Arum dan berkata "Aku tidak sudi disamakan dengan garam!". Putri Sekar Arum hanya terdiam lama, ia tak mengerti mengapa ayahnya tidak terima dengan apa yang ia katakan. Lidahnya kelu tidak mampu berkata apapun. "Keluar kau dari istanaku. Aku tak sudi memiliki seorang putri sepertimu!." bentaknya.
Akhirnya Putri Sekar Arum hanya menangis dan melangkah gontai keluar istana. Sang Permaisuri Raja berusaha mmbujuk sang Raja untuk tidak mengusir putrinya dari istana. "Ia masih 15 tahun. Terlalu muda untuk mengembara. Tegakah engkau membiarkannya sendirian siluar sana? Biarkan ia tetap di istana. Maafkanlah ia" bujuk sang Permaisuri. Namun tak ada yang mampu meredam kemarahan sang Raja. Ia tetap mengusir putrinya untuk menjauh dan keluar dari istana.
Sementara itu Putri Sekar Arum terus berjalan menjauh dari istana. Ia sedih, kesal, dan marah pada dirinya. Ia menyalahkan dirinya karena telah berkata hal seperti itu kepada sang Raja namun ia pun tak mengerti mengapa ayahnya amat marah terhadapnya.
Berkilometer ia berjalan sambil menangis, akhirnya tenanganya habis dan ia tak kuasa melanjutkan perjalanan. Akhirnya ia jatuh pingsan di tengah hutan. Beruntung ada seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar dan melihat sang Putri. Segera sang kakek menolong sang Putri dan membawanya ke rumah kakek tersebut. Ia menunggu Putri Sekar Arum hingga sadar dan merawatnya hingga sang putri pulih kembali. Kakek tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa perempuan yang ia tolong adalah putri dari Maharaja Surya Buana, Raja dari kerajaan Atas Angin.

bertahun-tahun Putri Sekar hidup bersama sang kakek. Karena sang kakek hidup seorang diri, ia memintra Putri Sekar untuk menemaninya dan merawatnya. Putri Sekar pun tidak menolak sebab ia tidak tahu bagaimana cara berterimakasih kepada sang kakek yang telah menolongnya selain merawat sang kakek tersebut.

Sembilan tahun sudah ia hidup merawat sang kakek, ia tumbuh menjadi seorang gadis yang mandiri. kecantikan dan kesantunannya tetap ada dalam dirinya walau ia kini tinggal di tempat yang sangat berbeda dengan kerajaan. Setiap hari ia memasak untuk sang kakek. Sang kakek amat suka dengna masakannyadan tak pernah sekalipun ia merasa bosan dengan apa yang dibuatkan oleh sang putri. Walau sudah lama  hidup bersama sang kakek, tetapi ia tidak pernah sekalipun bercerita kepada sang kakek bahwa ia adalah seorang putri dari Maharaja Surya Buana.

Pada suatu hari, Sang Raja yang telah lama mengusir Putri Sekar mengajak beberapa pegawai kerajaan untuk menemaninya berburu ke hutan. Sejak kepergian sang Putri , ia tidak pernah lagi pergi berburu dikarenakan kondisi kesehatan sang permaisuri yang terus memburuk akibat mengkhawatirkan keadaan putrinya. Maka pergilah Sang Raja dan para pegawainya berburu rusa ke hutan. mereka terbagi kedalam beberapa kelompok dan akan berkumpul kembali di tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan membawa hasil buruannya.

Karena asik berburu dan lupa waktu, Sang Raja justru tidak melewati jalur yang sudah ditentukan dan akhirnya ia tersesat dan terpisah dari kelompoknya. Ia terus menunggangi kudanya tanpa tau arah hingga akhirnya ia melihat gubuk sang kakek dan memutuskan berhenti sejenak disana.

"selamat siang Kakek, aku sedang berburu tetapi terpisah dari kelompokku. bolehkah aku beristirahat sejenak di rumahmu?" tanya Sang Raja.

"Tentu saja boleh, namun maafkan aku karena rumahku amat sederhana" jawab sang kakek lemah.

"Tidak apa, aku hanya sebentar. tak lama lagi pasti ada yang akan menjemputku" jawab sang Raja.

Sang kakek pun mempersilakan sang Raja untuk duduk di kursi kayu di depan rumahnya. Mereka mengobrol tetang hutan dan hewan, sang Raja juga bercerita tentang kerajaannya kepada sang kakek.

"Tuan Raja pasti lapar setelah berburu tadi. Jika Tuan berkenan, aku akan menyuruh putriku membawa makanan dan minuman untuk Tuan Raja. Masakan putriku sangat enak, kuharap Tuan akan menyukainya juga."

"Baiklah, terimakasih tawarannya." Jawab sang Raja.

Di dalam rumah, Putri Sekar yang sedang sibuk memasak ternyata mendengar obrolan kakek dan Sang Raja. Ia pun langsung mengetahui bahwa tamu kakeknya itu adalah Ayahnya sendiri. Kenangan saat ia diusir dari kerajaan langsung menyeruak kembali, ia bertanya-tanya apakah sang Raja masih mengingat dirinya.
Ditengah lamunannya tersebut sang kakek menghamprinya dan meminta ia menyiapkan masakan untuk sang Raja. Putri sekar mengangguk santun.

Tak lama ia membawakan masakannya untuk Sang Raja. Setelah selesai menata piring dan masakan kehadapan sang Raja, ia segera kembali kedalam rumahnya tanpa menatap wajah sang Raja. Kemudian mereka menyantap masakan tersebut. Setelah selesai menikmati masakan tersebut,  sang Raja meminta sang kakek untuk memanggil putrinya karena ia ingin bertemu. Tidak lama kemudian sang putri duduk bersama mereka berdua, menunduk terdiam menunggu apa yang akan diucapkan sang Raja kepada dirinya.

"Masakanmu sungguh menggoda, warna sayurannya juga terlihat sangat menarik. namun mengapa semua masakannmu ini terasa hambar? apa kau lupa menambahkan garam kedalamnya?"

"Apalah artinya garam dimata Tuan, bukankah Tuan tidak suka dengan garam?" jawab sang putri sambil menunduk.

Mendengar jawaban tersebut, dengan sedikit tidak percaya sang raja langsung teringat dengan Putri Sekar yang dulu ia usir dari kerajaan.

"Sekar, apakah kau Sekar putriku?" Tanya sang Raja, suaranya bergetar menahan haru dan tangisan.

Sang putri tidak menjawab, ia hanya mengangkat kepalanya, wajahnya kini dipenuhi dengan air mata. Ia tak mampu berkata apapun lagi kepada sang Raja. Sedih, haru, rindu bercampur menjadi satu.

"Sekar, aku menyesal telah mengusirmu dari keajaan. Ibunda sekarang sedang sakit karena selalu mengkhawatirkan dirimu. Maukah engkau memaafkanku dan kembali ke istana?" tanya sang Raja penuh harap.

"Apakah sekarang Ayahanda mengerti mengapa aku mencintaimu seperti cintaku kepada garam?"

"Tentu saja, Putriku. Tentu saja. Maafkan aku.  Kembalilah ke istana, Ibumu sangat merindukan dirimu." pinta sang Raja.


Dengan penuh linangan air mata, sang putri mengangguk Sementara itu sang Kakek yang sedari tadi duduk diantara mereka, tidak mengferti dengan apa yang dilihatnya.

"Ayahanda, kakek inilah yang telah menolongku daat aku pingsan di tengah hutan. Ia merawatku dan membiarkan aku tinggal bersamanya selama ini dengan penuh kasih sayang. Bolehkan ia tinggal bersama kita di istana?"

"Tentu saja boleh." jawab sang Raja."Kakek, terimakasih telah merawat putriku selama ini." ucapnya kepada sang kakek.

Akhirnya, bersama sang Raja dan sang kakek, Putri Sekar kembali ke istana yang telah lama ia rindukan. kini ia bisa berkumpul lagi bersama keluarganya dan Sang Raja tak pernah lagi melarangnya untuk berlama-lama menghabiskan waktu di dapur kerajaan.



23/05/15
10:45 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar