Penulis : Habiburrahman
El-Shirazy
Penerbit :
Author Publishing (BASMALA)
Cetakan pertama : Maret 2010
Ukuran buku : 14x 21 cm, soft cover
Tebal buku : 4 cm
Kategori : novel/fiksi/sastra
Jumlah halaman : 546 halaman
ISBN :978-979-3604-35-0
Hawa
nafsu merupakan bagian dari fitrah manusia yang sulit dikendalikan apalagi jika
berada di suatu tempat yang hampir tidak memiliki nilai-nilai keagamaan seperti
Rusia. Seperti yang dialami oleh Muhammad Ayyas, mahasiswa asal Indonesia yang sedang
melanjutkan pendidikan S2 di Madinah namun ditugaskan oleh pembimbingnya,
professor Najmudin untuk melakukan penelitian tugas akhirnya mengenai peradaban
islam di negeri Rusia, fokus pada kehidupan umat islam di Rusia pada masa
pemerintahan Stalin. Seperti yang sudah banyak diketahui, bahwa sebagian besar
penduduk rusia adalah penganut paham free
sex radikal dan negara ini juga merupakan negara pengakses situs porno
terbesar di dunia. Di negara ini, orang-orang yang beriman tidaklah mudah
menjaga dan mempertahankan imannya. Ujian iman tersebar dimana-mana. Berkeliaran setiap detik. Itulah yang
dihadapi Ayyas selama hidup di Rusia. Ia harus berjuang mati-matian melawan
hawa nafsunya demi menjaga imannnya sebagai seorang muslim yang taat. Ia tidak
ingin mengotori dirinya sendiri dan kalah oleh hawa nafsu yang tidak bisa ia
kendalikan.
Novel
bumi cinta bertajuk islami ini mengisahkan peruangan Ayyas yang meniti
hari-harinya selama di Rusia, mengumpulkan data sebanyak mungkin demi untuk
menyelesaikan tugas akhir program S2 yang ia tempuh di Madinah. Selama di Rusia,
demi menghemat biaya, ia tinggal satu apartemen bersama dua nonik jelita Rusia
bernama Yelena dan Linor. Tentu saja bukan keinginan Ayyas untuk tinggal satu
atap bersama mereka, apatermen itu dipilihkan oleh sahabat SMA-nya, Devid, yang
sudah lebih lama hidup di Rusia. Pada awalnya ia menolak untuk tinggal di
apartemen tersebut, namun menurut sahabatnya tempat itulah yang paling cocok
untuk Ayyas,selain karena murah, walaupun hanya ada satu ruang tamu dan dapur,
namun di sana juga terdapat kamar untk masing-masing, jadi
privasi setiap orang tetap terjaga. Akhirnya Ayyas pun menerima pilihan
sahabatnya itu.
Kehidupan
yang dilalui Ayyas selama diapartemen itu ternyata tidaklah mudah. Kenyataan
yang ia hadapi justru meleset jauh dari apa yang pernah ia harapkan seperti
perkataan Devid. Hampir setiap hari ia harus menghadapi ujian iman itu. Apalagi
setelah ia mengetahui bahwa ternyata kedua teman satu aparetemennnya itu
bukanlah orang baik-baik. Kecantikan mereka sering kali merasuki fikiran Ayyas.
Sebagaimana laki-laki normal lainnya, hati Ayyas pun susah payah menahan godaan
setan tersebut. Setiap detik ia terus membentengi dirinya dengan beribadah
kepada Allah, memohon perlindungan dariNya selama berada di Rusia.
Salah
satu kutipan ayat Al-Quran yang ada di dalam novel ini, yaitu QS. Al-Baqarah: 45
, “Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu
sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” Seolah menjelaskan
bagaimana perjuangan Ayyas dalam menjaga dan memohon agar imannya tetap kuat
dari godaan hawa nafsu yang terus membayanginya setiap hari.
Menjadi
seorang muslim yang hidup diantara orang-orang non muslim radikal tentu bukan
hal yang mudah. Tidak jarang ia menghadapi situasi dimana ia seolah
didiskriminasikan karena keteguhanna terhadap Islam. Pernah suatu ketika Ayyas
mendapati Linor sedang berzina bersama kekasihnya di ruang tamu apartemennya,
Ia jelas marah karena menganggap hal tersebut bukanlah hal yang pantas. Karena
merasa terusik, lelaki tersebut memaki Ayyas dan perkelahian diantara mereka
tak bisa dihindari lagi. Akhirnya lelaki tersebut yang ternyata anggota mafia
Rusia kalah dan meninggal dunia. Sejak saat itu, Ayyas sering dihadapi dengan
masalah. Linor sangat membenci Ayyas. Dengan segala cara ia mencoba membalas
perbuatan Ayyas. Mulai dari berpakaian tidak panas di depan Ayyas, memasuki
kamar Ayyas secara diam-diam dan menggodanya untuk berzina, sampai menjebak
Ayyas dalam sebuah rencana pengeboman hotel di Rusia yang akan menjadikan Ayyas
sebagai pelaku pemboman tersebut. Namun semua itu tidak mampu meruntuhkan
kokohnya benteng keimanan Ayyas.
Linor
yang merupakan anggota Zionis Israel sangat membenci semua yang berbau islam, termasuk
Ayyas. Menurutnnya yang pantas hidup di dunia hanya orang-orang keturunan
Yahudi. Itulah sebabnya ia sangat bersemangat dalam setiap misi pengeboman yang
dilakukan oleh kelompoknya, terlebih lagi, pengeboman kali ini akan melibatkan
Ayyas. Namun, seiring berjalannya waktu, ia akhirnya menemukan dirinya sama
sekali bukan keturunan Yahudi namun murni berdarah Palestina. Informasi
mengejutkan tersebut justru ia dapatkan dari sang ibu yang ternyata juga bukan
ibu kandungnya. Kaget, terkejut serta perasaan tidak percaya terus membayangi
Linor saat mengetahui bahwa orang tua kandungnya sebenarnya berasal dari Palestina.
Ia mulai menyesali perbuatannya terhadap umat muslim yang telah ia bunuh juga
terhadap Ayyas. Lelaki yang baik bahkan tidak pernah menyakiti dirinya itu
justru ia jadikan sebagai target pelaku pengeboman. Hari demi hari akhirnya ia
lalui demi mempelajari islam, dan akhirnya ia pun memutuskan untuk memeluk
agama islam. Salah satu alasannya juga karena Ayyas sering mengingatkan dirinya
tentang Islam yang sangat berbeda dari sudut pandang yang ia fikirkan tentang
terorisme, pengekangan perempuan juga agama yang primitif. Melalui forum debat
yang pernah Ayyas ikuti, ia dengan jelas memaparkan bahwa islam bukanlah agama
yang sesat – Linor pun akhirnya mempercayainya walaupun pada awalnya ia tetap
tegas membenci islam.
Sementara
Yelena, ternyata seorang pelacur kelas atas yang juga tidak mempercayai akan
adanya Tuhan. Suatu ketika ia mendapat perlakuan kejam dari pelanggannya. Ia
disiksa dan dibuang dipinggir jalan, ditengah malam pekat dan hujan salju yang
mampu membekukan siapa saja yang terlalu lama di luar rumah. Dalam
ketidakberdayaannya itu, ia mulai memikirkan tuhan. Bahwa tidak ada yang
mungkin bisa menolongnya di pinggir jalan gelap dan sepi tanpa pencahayaan selain
Tuhan. Lama ia menanti dalam pasrah, berharap akan ada seseorang yang
menolongnya. Akhirnya ada seorang nenek gelandangan yang mengetahui keberadaannya,
nenek gelandangan itu mencoba menghentikan siapapun yang lewat didekatnya untuk
membantu membawa Yelena ke Rumah sakit. Satu persatu ia memohon kepada pejalan
kaki disana, namun tidak ada yang menolongny, sampai ia bertemu Ayyas, dengan
menahan rasa dingin dan lapar akhirnya Ayyas mau menolong gelandangan tersebut dan
membawa Yelena ke rumah sakit terdekat. Ia baru sadar bahwa gadis yang
dibawanya adalah Yelena saat melewati jalan yang mulai terkena cahaya lampu.
Betapa bersyukurnya Yelena dapat tertolong dan yang menolongnya adalah Ayyas,
teman satu apartemennya. Ia sangat berterima kasih kepada Ayyas. Dan akhirnya
Yelena pun mempercayai adanya tuhan dan ia memeluk islam.
Keberadaan
Ayyas selama diapartemen itu sedikit banyak telah mengubah pandangan Yelena,
Linor dan Anastasia tentang islam. Awalnya mereka beranggapan bahwa islam itu
bukanlah agama yang baik yang selalu mengekang siapapun penganutnya. Namun
kesabaran dan ketulusan hati Ayyas mampu menepis pendapat tersebut. Hingga
akhirnya pun mereka dapat percaya bahwa islam merupakan agama tauhid yang
Rahmatan lil alamiin.
Saat
ia pindah dari apartemen itu dan menginap di apartemen lain bersama dengan
staff KBRI, pengeboman yang telah direncanakan Linor itu akhirnya terjadi.
Dengan spekulasi singkat polisi Rusia menguumkan bahwa pelaku pengeboman adalah
Ayyas, melihat dari CCTV yang merekam seorang pria yang perawakannya mirip
dengan Ayyas. Namun anggapan itu langsung disanggah oleh Ayyas juga pihak KBRI.
Karena pada saat kejadian tersebut berlangsung, Ayyas justru sedang mengikuti
talk show siaran langsung di salah satu televisi swasta Rusia. Alibi kuat Ayyas
ini langsung meruntuhkan tuduhan terhadap dirinya.
Awalnya
saya fikir kejadian pengeboman yang melibatkan Ayyas itu akan menjadi klimaks
dari cerita di novel ini, namun ternyata dugaan saya meleset. Penulis hanya
memaparkan secara singkat sekali mengenai pemboman tersebut. Plot cerita terasa
sangat datar. Pada akhirnya tokoh Ayyas terkesan bahagia-bahagia saja tanpa ada
konflik yang berarti. Penulis seolah sengaja membuat akhir cerita yang agak
menggantung, mungkin akan dilanjutkan di novel sekanjutnya.
Dengan
gaya bahasa yang mudah dipahami, sang penulis, Habiburrahman El-shirazy
berhasil menyampaikan makna dari ayat al-Qur’an berikut:
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah kamu dan sbutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
Dan aatlah kepada Allah dan rasulnya dan jagnanlah kamu berbanta-bantahan, yang
menyebabkan kamu menajdi genar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah besama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan
maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan
(ilmu) allah meliputi apa yang mereka kerjakan” (Qs. Al-Anfal [8]: 45-47)
Melalui
Ayyas, sang penulis berhasil menyampaikan amanat dan pesan yang mendalam bagi
pembaca, bahwa seorang muslim haruslah tegas dalam mempertahankan agamanya,
bagaimana menghadapi ujian kemianan agar kualitas ibadah tetap terjaga,
membangun jiwa yang senantiasa haus akan rahmat, ridho dan karunia dari Allah
SWT, juga mengaplikasikan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari.
Bitung,
10 September 2015
21:45 WIB